Akhir-akhir ini mobil listrik marak dibicarakan oleh banyak orang. Apakah kamu tahu kalau mobil listrik ini beda dengan mobil biasa pada umumnya? Mengapa demikian? Karena mobil listrik ini hanya dapat beroperasi dengan tenaga listrik. Banyak yang beranggapan bahwa mobil listrik akan menjadi mobil masa depan yang ramah lingkungan.
Untuk membuat mobil listrik maka dibutuhkan 2 bahan dasar yaitu baterai dan motor listrik. Keduanya berfungsi sebagai daya penyimpan listrik dan fungsi lainnya sebagai sistem penggerak. Baterai mobil listrik menjadi komponen yang sangat penting karena fungsinya yang sama seperti bensin pada mobil pada umumnya.
Baterai sebagai sumber penggerak mobil listrik
Pada BEV (Battery Electric Vehicle) atau mobil listrik, baterai menjadi satu-satunya “sumber kehidupan” karena energi listrik yang tersimpan dalam baterai menjadi satu-satunya sumber energi penggerak mobil listrik ini. Yang perlu kalian tahu, baterai mobil listrik ini memiliki jenis yang berbeda-beda.
Setiap baterai mobil listrik mempunyai karakteristik yang berbeda dalam pengoperasiannya sehingga mempengaruhi kondisi mobil listrik saat digunakan. Maka dari itu, kali ini kita akan membahas beberapa jenis baterai mobil listrik lengkap dengan karakteristiknya. Simak penjelasannya berikut ini ya!
1. Baterai Li-Ion (Lithium-Ion)
Jenis baterai mobil listrik yang banyak diaplikasikan adalah baterai Li-Ion ini. Mungkin sudah tidak asing karena jenis baterai ini juga banyak digunakan pada peralatan elektronik portable seperti laptop dan smartphone. Yang menjadi pembedanya adalah soal skala. Ukuran dan kapasitas fisik pada mobil listrik jauh lebih besar sehingga disebut sebagai traction battery pack.
Baterai Li-ion mempunyai rasio daya terhadap berat yang sangat tinggi. Jenis baterai mobil listrik ini efisiensinya tinggi sehingga kinerja pada suhu tinggi juga baik. Baterai Li-ion mempunyai rasio energi yang lebih besar tiap beratnya. Semakin kecil berat baterai dengan kapasitas kWH sama berarti mobil bisa melakukan perjalanan lebih jauh untuk sekali pengisian daya.
Baterai ini juga mempunyai tingkat “self-discharge” yang rendah sehingga baterai Li-ion menjadi yang paling baik dibanding jenis baterai lain dalam mempertahankan kemampuan menahan muatan penuh. Sebagian besar baterai Li-ion bisa didaur ulang, sehingga cocok untuk peminat electric car yang sadar lingkungan. Mobil BEV dan PHEV banyak memakai baterai Li-on ini.
2. Baterai NiMH (Nickel-Metal Hybrid)
Baterai NiMH ini lebih banyak digunakan oleh mobil HEV (Hybrid-electric Vehicle) yang juga sukses digunakan pada beberapa mobil BEV. Jenis baterai mobil listrik hibrida ini tidak mendapat daya dari luar atau bisa diisi ulang dari sumber luar sistem mobil listrik. Untuk pengisian ulang mobil jenis ini bergantung pada roda, putaran mesin dan pengereman regenerative.
Baterai NiMH mempunyai siklus hidup yang lebih lama dibanding baterai Li-on atau baterai SLA. Baterai ini toleran dan aman terhadap ketidaktepatan saat penggunaan. Namun kekurangan terbesar baterai NiMH antara lain: tingkat sel-discharge yang tinggi, harga yang relatif lebih mahal. Menghasilkan panas yang signifikan di suhu tinggi.
Dari kekurangan tersebut menjadikan baterai NiMH harus bisa diisi ulang dari luar sistem, contohnya jaringan PLN. Oleh karena itu, jenis baterai mobil listrik ini paling banyak diterapkan dan digunakan oleh mobil hibrida.
3. Baterai SLA (Lead-Acid)
Baterai SLA ini adalah baterai isi ulang yang tertua. Dibandingkan dengan baterai NiMH dan lithium, baterai SLA ini memang kalah dalam hal bobot dan kapasitas yang jauh lebih berat. Namun soal harga baterai ini relatif lebih murah dan aman. Terdapat jenis baterai mobil listrik SLA yang berkapasitas besar dalam pengembangan, namun saat ini baterai mobil listrik SLA yang hanya digunakan oleh kendaraan komersial untuk sistem penyimpanan sekunder.
4. Baterai ultracapacitor
Jenis baterai mobil listrik ultracapacitor ini berbeda dengan definisi baterai pada umumnya. Kebalikan dari baterai elektrokimia yang lain, baterai ultracapacitor ini menyimpan cairan yang terpolarisasi antara elektrolit dan elektroda. Semakin meningkatnya luas permukaan cairan, maka kapasitas penyimpanan energi juga semakin meningkat.
Seperti halnya baterai SLA, baterai ultracapacitor ini sesuai sebagai perangkat penyimpanan sekunder untuk mobil listrik. Dikarenakan baterai ultracapacitor ini membantu baterai elektrokimia dalam meningkatkan level bebannya. Baterai ini juga memberikan daya ekstra pada mobil listrik selama akselerasi dan pengereman regenerative.
5. Baterai ZEBRA
Jenis baterai ZEBRA ini merupakan varian suhu rendah dari baterai NaS (sodium sulfur) dan pengembangan dari ZEBRA yang awalnya “Zeolite Battery Research Africa” berubah di tahun 1985 menjadi “Zero Emissions Batteries Research Activity”. Sejak awal baterai ZEBRA ini dikembangkan untuk pengaplikasian kendaraan listrik menggunakan elektrolit keramik Na + -beta-alumina dan NaAlCl4.
Karakteristik baterai ZEBRA ini antara lain: baterai suhu tinggi yang beroperasi pada lebih dari 270°C, bahan kimia NaNiCl (Sodium Nickel Chloride) yang memberikan tegangan sel operasi sebesar 2.58 volt dan baterai ini memiliki sel daya tinggi sehingga cocok sebagai jenis baterai mobil listrik.
Keuntungan baterai ZEBRA adalah siklus hidup > 1000 siklus, lebih aman dari sel Sodium Sulfur, kepadatan energi yang tinggi bahkan 5 kali lebih tinggi dibanding baterai SLA dan bahan biaya yang rendah.
Sekilas tadi informasi mengenai jenis baterai mobil listrik yang bisa dijadikan referensi. Jika kamu mencari mobil listrik yang affordable, kamu bisa pilih IONIQ Electric dan KONA Electric dari Hyundai.
IONIQ Electric Hyundai menggunakan baterai Lithium Ion Polymer yang memiliki kapasitas 38,3 kWH. Sedangkan, KONA Electric memiliki kapasitas 38,3 kWH yang cocok dipadukan dengan motor listrik. Teknologi baterai mobil listrik yang aman ini kamu bisa dapatkan di Hyundai yang sudah lengkap dengan 4 langkah pengamanan.