.

Newsroom

Pengertian dan Standar Kualitas Air Minum yang Harus Dipertahankan

Hyundai Motorstudio Senayan Park 2022.08.22
Pengertian dan Standar Kualitas Air Minum yang Harus Dipertahankan

Air berkualitas merupakan salah satu di antara faktor penting yang menunjang kesehatan manusia. Tapi kualitas air minum biasanya berbeda dari satu tempat ke tempat lain.

Perbedaan kualitas air dipicu berbagai faktor seperti kondisi geografis dan proses pemurnian air agar lebih siap minum. Kondisi geografis sangat berpengaruh terhadap sumber air sehingga komposisi mineral dalam air juga berbeda.

Standar kualitas air minum akan memastikan bahwa air minum, yang diambil dari sumber manapun, tak akan membahayakan manusia saat dikonsumsi.

Bagaimana Standar Air Minum yang Berkualitas?

Air minum pada dasarnya merupakan air yang memenuhi standar kualitas untuk digunakan atau dikonsumsi tanpa memberi efek bahaya langsung atau tak langsung.

Untuk menghasilkan air minum berkualitas, air biasanya lebih dulu diproses sebelum bisa dimanfaatkan. Rangkaian pemrosesan akan bergantung pada sumber air. Semakin rendah kualitas air, pemrosesan bisa berlangsung lebih lama.

Terlepas dari sumbernya, air biasanya mengandung berbagai kontaminan bersifat kimiawi, polutan bersifat biologis, dan partikel kotoran yang bersifat mikroskopis.

Dengan kata lain, kualitas air minum bisa dilihat dari konten kimia, fisik, dan karakteristik biologis. Lebih jauh lagi, tingkat konsentrasi mikroskopik alga, pestisida, herbisida, besi, dan kontaminan lain juga akan dikalkulasi untuk menentukan kualitas air.

Pendekatan secara ilmiah harus dilakukan untuk menentukan kualitas air sesuai dengan tujuannya, apakah air akan dikonsumsi atau untuk mencuci.

Air minum berkualitas buruk tak hanya berbahaya bagi manusia, tapi juga bagi ekosistem. Rumput laut dan karang bisa berkembang lebih baik dalam air bersih meski rendah nutrisi. Tapi terlalu banyak nutrisi bisa memicu ledakan alga yang menghalangi pertumbuhan rumput laut dan batu karang.

Indikator Kualitas Air Minum

Kualitas air minum dihitung dari beberapa faktor seperti tingkat konsentrasi dissolved oxygen, salinity, turbidity, atau bakteri. Tiap sumber air mempunyai kandungan berbeda, jadi pemrosesan memegang peran kunci agar kualitas air menjadi layak minum.

1. Dissolved Oxygen

Oksigen dalam air penting untuk manusia, hewan, dan tumbuhan. Tapi ada kalanya kandungan oksigen dalam air menjadi abnormal sehingga memicu masalah untuk makhluk hidup.

Itu sebabnya, menghitung kadar oksigen sangat penting dan merupakan indikator utama untuk melihat kualitas air. Faktor paling berpengaruh terhadap kadar oksigen termasuk jumlah bakteri dan suhu.

Suhu tak hanya mempengaruhi oksigen, tapi juga proses biologis dan kimia, komposisi, stratifikasi, dan kepadatan air. Lebih jauh lagi, suhu berdampak pada kadar ammonia, fotosintesis, dan metabolisme organisme.

Tapi karena pengaruh lingkungan, suhu air sering mengalami fluktuasi. Suhu biasanya dipengaruhi panas matahari, curah hujan, sumber air, kondensasi dan evaporasi.

2. Variabel Konvensional

Ini merupakan parameter yang digunakan untuk menghitung lingkungan air, termasuk drainase, kondisi ekosistem, perubahan mutu air tiap musim.

Potential of hydrogen (pH) merupakan perhitungan konsentrasi ion dari skala 0-14, dengan 7 adalah angka normal. Tingkat pH pada mayoritas air berada di level 6 sampai 8,5, sementara air dengan pH di bawah 4,5 atau di atas 9,5 akan mematikan bagi organisme kecil dalam air.

Level pH dapat mempengaruhi reproduksi dan berbagai proses biologis lain. Besi, garam, dan komponen organis lain juga dipengaruhi oleh pH. Pada air dengan tingkat keasaman tinggi, mineral akan terlarut.

3. Nutrisi

Nutrisi dalam air sangat diperlukan makhluk hidup untuk memenuhi metabolisme tubuh. Nitrogen dan fosfor merupakan komponen penting dalam ekosistem air beserta elemen lain seperti besi, magnesium, dan tembaga.

Pada lingkungan berair, nutrisi bisa ditemukan dalam bentuk partikel organik dan non-organik. Fosfor dihasilkan oleh mineral saat terjadi pelapukan atau penguraian material organik, sementara pupuk atau kotoran hewan merupakan sumber nutrisi buatan.

Munculnya alga dalam jumlah masif dan kurangnya sinar matahari yang masuk ke dalam air mencegah proses fotosintesis dan memicu munculnya zat beracun. Saat alga akhirnya mati dan membusuk, konsentrasi oksigen akan turun sehingga menurunkan kualitas air untuk digunakan manusia.

4. Metal

Kualitas air minum sangat dipengaruhi komponen metal dalam air seperti tembaga, mangan, dan zinc yang masuk komponen biochemical. Tapi jika elemen tersebut memiliki konsentrasi terlalu tinggi, hasilnya justru berbahaya bagi manusia dan hewan.

Merkuri merupakan jenis elemen paling berbahaya dalam air minum. Tak hanya menurunkan kualitas air minum, kehadirannya justru membahayakan tubuh. Bencana Pantai Minatama di Jepang tahun 1968 menjadi contoh terburuk dari kondisi tersebut.

Limbah industri besar yang dibuang sembarang mengandung merkuri yang membawa berbagai dampak negatif seperti akumulasi merkuri pada kulit, kejang, kelumpuhan, dan mengganggu kehamilan.

5. Bioindikator

Bioindikator merupakan organisme kecil yang digunakan untuk memantau kesehatan ekosistem air, misalnya jumlah mikroalga yang ada dalam air.

Organisme air seperti tanaman, plankton, mikroba, dan hewan menyediakan informasi penting untuk mengukur kualitas air. Mereka termasuk elemen organik dan indikator alami untuk menilai polusi lingkungan air.

Faktor lain yang termasuk dalam bioindikator termasuk jumlah cahaya yang menembus air, suhu, dan tingkat kepadatan air. Perubahan dalam komposisi bioindikator akan menjelaskan apakah air menjadi layak digunakan manusia, untuk air minum atau keperluan lain.

6. Hidrokarbon

Hidrokarbon merupakan senyawa kimia bersifat organik yang hanya berisi karbon dan hydrogen. Tapi untuk beberapa kondisi, hidrokarbon mempunyai komposisi lebih kompleks jika terkontaminasi bahan bakar fosil, bahan kimia, atau pembusukan material organik.

Untuk meningkatkan kualitas air minum, hidrokarbon harus harus diproses lebih dulu agar lebih layak minum. Komposisi hidrokarbon terlalu tinggi memicu risiko tinggi, baik untuk satwa air atau manusia karena terjadinya bioakumulasi.


TOP