.
Hyundai Motorstudio Senayan Park
Sampah organik ternyata bukan hanya menyumbang bau tak sedap, tapi juga punya dampak besar terhadap lingkungan. Salah satu ancamannya adalah gas metana dari sampah organik yang terbentuk dari proses pembusukan. Di artikel ini kita akan bahas lebih lanjut soal gas metana, dampaknya, dan bagaimana caranya kita bantu mengurangi emisinya!
Gas metana (CH4) adalah gas yang terbentuk dari proses pembusukan sampah organik dan termasuk salah satu gas rumah kaca yang mempengaruhi perubahan iklim. Saat sampah-sampah organik seperti sisa makanan, dedaunan, dan bahan organik lainnya terurai di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), bakteri anaerobik akan memecah bahan-bahan tersebut dan menghasilkan gas metana sebagai produk sampingannya.
Kenapa gas metana ini bisa jadi berbahaya? Karena gas ini memiliki kemampuan memerangkap panas di atmosfer jauh 25 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida (CO2). Karena kemampuannya dalam memerangkap panas, setiap peningkatan kadar metana di atmosfer bisa menyebabkan kenaikan suhu global yang lebih cepat. Hal ini berpotensi tinggi mengakibatkan fenomena iklim ekstrem, mencairnya es di kutub, naiknya permukaan air laut, dan perubahan ekosistem yang dapat membahayakan kehidupan di bumi.
Selain itu, gas metana memiliki sifat mudah terbakar. Ketika terkonsentrasi dalam jumlah besar, metana bisa menjadi sangat eksplosif. Ledakan metana bisa menyebabkan kebakaran besar yang sulit dikendalikan, serta menimbulkan kerusakan dan risiko keselamatan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Itulah alasan pengelolaan sampah organik untuk mengurangi emisi gas metana sangat penting untuk menjaga keseimbangan iklim dan mengurangi risiko-risiko yang berkaitan dengan ledakan metana.
Mengurangi emisi gas metana dari sampah organik tidak rumit kok! Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan, mulai dari level individu hingga komunitas:
Teknologi juga berperan penting dalam mengurangi emisi gas metana. Salah satu caranya adalah dengan mengubah sampah organik menjadi energi melalui proses yang disebut anaerobic digestion. Dalam proses ini, sampah organik dipecah oleh mikroorganisme dalam kondisi tanpa oksigen, yang nggak cuma menghasilkan metana, tapi juga biogas yang bisa digunakan sebagai sumber energi terbarukan. Biogas ini bisa diolah menjadi listrik, bahan bakar, atau gas untuk keperluan rumah tangga.
Beberapa kota di Indonesia sudah mulai menerapkan teknologi ini di TPA mereka. Selain mengurangi emisi gas metana, teknologi ini juga memberikan manfaat tambahan berupa energi yang bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Mengurangi emisi gas metana dari sampah organik bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau industri besar, kita juga bisa mulai dari langkah-langkah kecil di rumah dan lingkungan sekitar. Dengan pengelolaan sampah yang lebih baik dan dukungan teknologi, kita bisa bersama-sama menjaga bumi agar tetap nyaman dihuni oleh generasi berikutnya!