Newsroom

6 Kiat Mengelola Limbah Masker yang Baik dan Benar

Hyundai Motorstudio Senayan Park 2022.06.13
6 Kiat Mengelola Limbah Masker yang Baik dan Benar

Masker merupakan bagian penting dalam mencegah virus corona selama pandemi berlangsung, dan kini berubah menjadi aksesoris wajib tiap hari. Tapi ada satu efek negatif yang ditimbulkan masker, limbah masker di mana-mana!

Lingkungan jelas dirugikan karena munculnya banyak sampah baru yang sebelumnya tidak diperkirakan. Masker memang efektif mengurangi penyebaran virus corona untuk manusia, tapi masker menjadi bencana untuk alam.

Idealnya, limbah masker harus diperlakukan seperti sampah medis pada umumnya sehingga harus dibedakan penanganannya. Lalu, bagaimana cara mengelola limbah masker yang ideal?

Efek Limbah Masker ke Lingkungan

Saat pandemi berada di puncaknya, limbah masker banyak ditemukan di berbagai tempat. Masker sekali pakai yang tak dibuang di tempatnya hampir terlihat di berbagai area publik, dan ini terjadi di hampir seluruh kota di dunia.

Limbah masker sudah mulai tampak di pantai, dan ini jelas menjadi peringatan penting karena limbah ini dapat merusak kehidupan laut beserta ekosistemnya. Selain menjadi polusi, limbah masker justru bisa menjadi medium penyebar virus.

Menjelang pandemi berakhir, masker yang tergolong ramah lingkungan baru keluar. Ini jelas terlambat karena sebagian besar masker sudah menjadi sampah yang mencemari lingkungan.

Sebagai gambaran, desain masker pada saat ini memakai tiga lapisan berbeda: lapisan terdalam berupa cotton, lapisan tengah berupa polypropylene, dan lapisan terluar berupa polyester.

Berbeda dengan desain awal masker, yang mana lapisan kedua memakai bahan non-woven fabric, biasa disebut masker TNT. Bahan non-woven fabric dikenal tidak ramah lingkungan karena sulit diurai. Bahan TNT terkenal praktis dan murah sehingga banyak dipakai untuk pembuatan masker.

Bisa dikatakan, pengelolaan limbah masker menjadi satu poin yang terlupakan selama masa pandemi, padahal ini sama pentingnya dalam mencegah potensi penularan lewat masker bekas.

6 Kiat Mengatasi Limbah Masker

Menggunakan masker sudah menjadi rutinitas sehari-hari, tapi ini berimbas pada meningkatnya jumlah limbah masker. Tapi menangani limbah masker sebenarnya tidak sulit, meski juga tidak mudah. Poin berikut bisa menjadi rujukan yang pas untuk mengelola limbah masker.

1. Melepas Masker

Bahkan saat pandemi akan berakhir, masih banyak orang yang belum bisa mempraktekkan cara memakai masker yang benar, begitu juga saat melepas masker.

Aturan umumnya, bagian dalam masker harus terhindar dari segala bentuk kontak dengan benda apapun, baik saat akan dipakai atau bahkan saat dilepas.

Jika mengacu pada desain umum masker, lapisan terdalam berupa cotton hanya difungsikan untuk memberi kenyamanan saat dipakai, bukan untuk menyaring virus. Hanya lapisan tengah dan lapisan luar yang bertugas menyaring virus.

Jadi saat akan melepas masker, mulai dengan melepas tali yang ada di belakang telinga atau kepala. Ini akan memastikan tangan tidak menyentuh bagian dalam masker karena berisi virus, bakteri, dan kuman.

2. Lipat Masker

Untuk menghindari lapisan terdalam terekspos udara, segera lipat masker begitu sudah terlepas. Ini akan memastikan droplet atau virus terperangkap di dalamnya.

Virus mampu bertahan dalam masker bekas untuk durasi yang berbeda, dari beberapa jam hingga beberapa hari. Jadi saran yang paling bijak adalah tidak membuang bekas masker ke tempat publik, termasuk di bak sampah terbuka karena dapat menimbulkan bahaya jika ada orang mendekat.

Virus terus bermutasi hingga menciptakan varian yang mampu menular lewat udara. Itu sebabnya penting untuk melipat masker begitu selesai digunakan.

3. Gunakan Disinfektan

Limbah masker yang terinfeksi mengandung sekresi sistem pernafasan yang bisa menyebar dan menular melalui udara. Jadi, selalu cuci tangan setelah melepas masker dari mulut.

Tapi untuk beberapa kondisi, cuci tangan saja tak menyelesaikan masalah kontaminasi virus. Desinfeksi merupakan langkah konkrit yang harus dilakukan begitu selesai melepas masker.

Disinfektan akan memastikan virus dinetralkan sehingga tak akan menular semisal tersentuh tangan. Begitu juga pada masker bekas, disinfektan mampu mematikan virus sehingga tak berkembang lebih jauh. Pada masker, disinfektan bisa dilakukan dengan alkohol, cairan pemutih, klorin, dan lainnya.

Tapi ini akan bergantung pada jenis masker yang dipakai. Untuk masker kain, cairan pemutih bisa digunakan. Sementara untuk masker medis dan N95, alkohol bekerja lebih baik dalam membunuh virus.

Boleh tidaknya dipakai kembali setelah desinfektan akan bergantung pada kondisi masker. Terlebih saat flu atau batuk, bagian dalam masker biasanya lembab, bahkan basah. Jika kondisi masker seperti ini, baiknya masker tidak digunakan lagi meski sudah diberi desinfektan.

4. Rusak Masker

Masker kadang dibuang dalam kondisi apa adanya. Karena masih dalam kondisi bagus, tak jarang ada orang lain yang ingin memanfaatkan kembali. Jelas tindakan yang kurang etis dalam masa pandemi.

Untuk mencegahnya, rusak masker sebelum benar-benar dibuang. Jadi setelah masker dilipat menjadi dua bagian dan diberi desinfektan, cobalah menggunting agar tampak sobek dan tak layak pakai. Langkah ini bisa mencegah penggunaan masker bekas.

5. Buang Masker

Karena digolongkan sampah medis, limbah masker tak boleh sembarang dibuang. Setelah menerapkan beberapa poin di atas, masker sebaiknya dibungkus lebih dulu. Dengan begitu, klasifikasi sampah medis akan diturunkan menjadi limbah sampah domestik

Membungkus limbah masker merupakan langkah pencegahan terakhir agar virus yang tertinggal, jika ada, tidak mengalami kontak apapun, bahkan dengan sampah lainnya.

6. Bersihkan Diri

Tergantung bagaimana proses penanganan virus dilakukan, membersihkan diri merupakan keharusan. Jika masker hanya digunakan untuk keperluan perlindungan diri, mencuci tangan sudah cukup.

Lain hal jika virus berasal dari pasien dengan gejala berat, suspek corona misalnya. Membersihkan seluruh badan jelas lebih dianjurkan guna memastikan virus tidak ada yang tertinggal.


TOP