Tahukah kamu, pada tahun 2050 diprediksi akan ada lebih banyak plastik di lautan daripada ikan, menurut PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa)? Prediksi ini sungguh memprihatinkan, seolah-olah menjadi tamparan keras agar kita segera mengurangi penggunaan plastik. Kalau kamu bekerja di bidang retail, terutama jual-beli online, salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk membatasi penggunaan plastik adalah memakai pengganti bubble wrap.
Kenapa begitu? Bubble wrap telah menjadi salah satu bahan kemasan paling populer sejak konsepsinya di tahun 1950-an. Bahannya terbuat dari plastik tembus pandang yang ditutupi dengan gelembung udara kecil. Bubble wrap ringan, sangat protektif, dan bahkan asyik untuk dipencet-pencet.
Dapat dipakai untuk membungkus barang-barang yang rapuh agar tidak mudah pecah atau terguncang. Selain itu, bubble wrap juga memberikan bantalan yang bagus serta mengisi kekosongan dalam kemasan. Akibatnya, banyak brand atau perusahaan secara aktif memakai bubble wrap untuk pengemasan selama bertahun-tahun.
Melihat dampak mengerikan dari penggunaan bubble wrap, inilah saatnya untuk menemukan pengganti bubble wrap yang lebih ramah lingkungan. Lihat daftarnya berikut!
1. Mailer yang dapat dikomposkan
Apa itu mailer? Bagi yang masih awam dengan istilah mailer, biasanya mailer adalah sejenis amplop yang bertekstur dan empuk untuk mengirimkan barang-barang berukuran kecil.
Umumnya, mailer terbuat dari kantong plastik atau kertas yang dilapisi bubble wrap. Akan tetapi, saat ini ada banyak produsen mailer yang membuat pengganti bubble wrap agar lebih ramah lingkungan dan didaur ulang. Mailer yang ramah lingkungan dibuat dari tanaman dan bisa dijadikan pupuk kompos.
Mailer kompos bisa diuraikan oleh tanah dalam waktu 180 hari. Terlebih lagi, mailer juga bisa didaur ulang dengan bahan LDPE (low-density polyethylene).
2. Karton bergelombang
Kemasan karton bergelombang dibuat dari tiga lembar kertas. Lembaran bergalur yang diapit di antara dua lapisan. Kertas-kertas tersebut dirancang agar lebih fleksibel dan bisa untuk kemasan produk.
Karton bergelombang ditemukan sejak pertengahan abad ke-19 ketika digunakan untuk menjaga produk topi tetap tegak dan lurus. Sekarang penggunaannya lebih bervariasi dan dipakai sekitar 90% semua produk di seluruh Amerika Serikat.
Terbuat dari 100% bahan yang bisa didaur ulang dan bisa digunakan kembali. Karena, kemasan karton memakai bahan pohon pinus dan pohon birch yang tumbuh cepat, selanjutnya diolah menjadi karton bergelombang.
Kemasan karton bergelombang banyak dipilih karena tahan lama dan ringan. Selain itu, cenderung hemat biaya, ramah lingkungan, dan mudah didaur ulang.
3. Kemasan biodegradable
Sejak adanya pelarangan styrofoam pada 1990-an, banyak perusahaan beralih ke kemasan biodegradable. Kemasan ini terbuat dari tepung jagung yang sangat mirip dengan styrofoam.
Bukan hanya dari segi fungsi, tetapi tampilannya juga sangat identik dengan styrofoam namun benar-benar bisa terurai secara alami. Kemasan biodegradable berbahan dasar tepung jagung mudah larut dalam air dan bahkan edible alias bisa dimakan!
Banyak produsen sabun atau kosmetik yang mulai memakai kemasan berbahan dasar tepung jagung pada 2017. Kemasan biodegradable dianggap lebih hemat energi, ramah lingkungan dan mudah diuraikan oleh tanah. Namun, perlu dicatat bahwa kemasan tepung jagung sedikit lebih berat ketimbang styrofoam, sehingga meningkatkan biaya pengiriman.
4. Mushroom Packaging
Mushroom Packaging adalah pengganti bubble wrap yang tergolong pendatang baru dalam dunia pengemasan. Mushroom Packaging sebenarnya lebih kuat dari bubble wrap, serta tahan api. Yang terpenting lagi, Mushroom Packaging adalah kemasan biodegradable dan terbarukan. Bahkan, bisa dikomposkan pada tumpukan kompos buatan sendiri.
Kemasan ini dibuat dari campuran kecambah jamur dan sisa pertanian. Untuk mendapatkan bentuk kemasan yang diinginkan, produsen membuat kemasan di sekitar cetakan. Kemasan selesai dibuat dalam waktu seminggu. Sebab, bahannya bisa ditumbuhkan untuk membentuk produk dengan tepat, Mushroom Packaging adalah pilihan ideal untuk mengirimkan barang yang bentuknya tidak biasa.
Contohnya adalah perusahaan IKEA yang beralih ke Mushroom Packaging. Menurut pihak IKEA, Mushroom Packaging digambarkan sebagai langkah kecil yang berdampak besar untuk mengurangi limbah dan melestarikan keseimbangan ekologi. Saat ini, Mushroom Packaging mungkin masih dalam tahap awal, tetapi diprediksi Mushroom Packaging akan terus berkembang menjadi kemasan yang hemat biaya dan berkelanjutan.
5. GreenWrap
GreenWrap adalah pengganti bubble wrap yang sepenuhnya dapat terurai secara hayati, dapat dibuat kompos, dan dapat didaur ulang.
Terbuat dari dua lapisan kertas kraft berpotongan heksagonal, dengan lapisan kertas tisu di antaranya. Karena bentuk ini, GreenWrap dapat memberikan semua perlindungan dan fungsi sebagai pengganti bubble wrap. Ideal untuk membungkus barang-barang rapuh secara individual, karena secara estetika menyenangkan, dan menahan diri.
Savannah Bee, perusahaan madu, mulai menggunakan GreenWrap pada tahun 2014. Perusahaan dengan cepat menemukan bahwa GreenWrap tidak hanya lebih baik untuk lingkungan, tetapi juga meningkatkan efisiensi pengemasan. Bahkan mengurangi ruang penyimpanan bahan pengepakan.
6. Air cushion
Air cushion adalah kantong HDPE tembus pandang yang diisi dengan udara, menyerupai bantal. Kemasan air cushion sangat cocok menjadi pengganti bubble wrap terutama untuk mengisi ruang kemasan.
Biasanya, dipakai untuk menambahkan bobot ke dalam pengiriman untuk Amazon atau perusahaan eCommerce.
Air cushion berperan untuk melindungi produk karena mencegah produk bergeser atau bergerak. Air cushion juga tidak memakan tempat saat disimpan, sebab baru diisi udara saat akan digunakan saja. Sebagian besar merek air cushion hanya bisa didaur ulang pada pusat daur ulang tertentu.
Berbekal informasi mengenai pengganti bubble wrap di atas, setidaknya sekarang kamu tak bingung lagi memakai alternatif bubble wrap yang lebih ramah lingkungan sebagai pembungkus paket atau kemasan. Mana nih, pengganti bubble wrap yang paling ideal menurutmu?