Hyundai Motorstudio Senayan Park
Tak semua sampah harus dibuang. Beberapa jenis sampah bahkan bisa didaur ulang menjadi produk yang menawarkan fungsi spesifik dan memiliki nilai ekonomi.
Limbah biasanya dihasilkan sisa bahan baku atau residu, dan sampah residu dihasilkan dari sisa sampah. Terlepas dari jenisnya, mayoritas residu sulit didaur ulang karena berbagai alasan.
Penanganan sampah residu sampai saat ini masih terbatas. Mengolah produk lain yang menawarkan manfaat atau dibuang langsung merupakan dua metode umum untuk menangani sampah residu. Tapi saat siklus pemakaiannya berakhir, produk tetap menjadi sampah lagi karena sulit ditangani lagi.
Nyatanya, tak semua sampah bisa dipilah. Metode penanganan yang umum digunakan yaitu memasukkan ke dalam tong sampah lalu membuangnya ke TPA. Sesederhana itu!
Ini tentu bukan langkah terbaik karena residu, apapun jenisnya, sangat sulit diurai oleh alam. Beberapa jenis residu kadang merilis senyawa berbahaya seperti metana yang merusak lingkungan.
Secara sederhana, sampah residu merupakan sisa sampah yang sudah dipisahkan seperti kertas, plastik kemasan, botol, kain, kaca, dan lain sebagainya. Bahkan jika memakai teknik pemisahan sampah terbaik sekalipun, kemungkinan besar masih ada sampah tersisa.
Singkatnya, sampah residu merupakan apa yang tersisa dari sampah yang sudah dipilah. Karena merupakan sisa sampah, efeknya cukup berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Yang menjadi persoalan, mayoritas sampah residu hanya dibuang ke tempat sampah begitu saja karena tak memiliki manfaat lagi. Selain itu, kebanyakan sampah residu memang tak bisa didaur ulang lagi.
Idealnya, semakin banyak sampah yang didaur ulang, semakin sedikit sampah residu yang dihasilkan. Dengan kata lain, teknik penyortiran harus lebih baik lagi agar tak banyak sampah residu yang muncul.
Pada teknik pengolahan sampah residu yang lebih modern, sampah akan dibakar untuk memproduksi panas dan listrik. Saat sampah dibakar, komponen metal akan diekstraksi dari abu dengan magnet dan aliran listrik.
Selalu ada ruang untuk perbaikan dalam aspek daur ulang limbah, tapi sayangnya ini tak terjadi dengan sampah residu karena sifat dan bentuknya yang selalu berubah.
Sampah residu merupakan sisa sampah yang mencakup berbagai kategori sampah termasuk sampah berbahaya, sampah medis, pestisida, dan lainnya. Secara spesifik, muncul 25 ton sampah residu tiap menit yang sifatnya tak berbahaya.
Terlepas dari upaya untuk memberi edukasi kepada publik agar mengurangi sampah, masih banyak produk komersial yang berakhir di tempat sampah.
Padahal jika mengacu pada teknik pengolahan sampah residu yang lebih modern, ada potensi besar untuk memproduksi listrik dan energi lain. Walau pada dasarnya teknologi ini belum tersedia secara luas. Paling tidak, langkah ini mampu menciptakan lingkungan bebas sampah di masa depan.
Sampah residu bisa muncul dalam berbagai bentuk dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Pembersih lantai dan oli bekas merupakan contoh sampah residu kategori berbahaya.
Sampah tersebut masuk kategori berbahaya karena diperlukan metode pengolahan khusus untuk mencegah kontaminasi terhadap lingkungan yang dapat memicu degradasi tanah, merusak sumber mata air, dan menempatkan ekosistem dalam bahaya.
Sifat sampah residu akan lebih berbahaya jika dihasilkan oleh industri besar seperti pabrik, tambang, atau perkebunan. Ini belum menghitung limbah biasa yang dihasilkan dari proses operasinya.
Secara khusus, bisnis dan industri menghasilkan 20 juta ton sampah residu tiap tahun, mayoritas dalam bentuk cair. Jika dibuat lebih spesifik, industri penghasil sampah residu terbesar yaitu pabrik listrik, kertas, pengecoran, juga industri besi dan baja.
Karena ruang lingkupnya yang luas, sampah residu bisa terbentuk dari berbagai material berbeda.
Seperti yang sudah disebut, sampah residu memiliki lingkup yang luas, termasuk dalam jenisnya dan tingkat bahayanya jika tidak ditangani dengan layak.
Sampah residu dari sisa makanan tidak menghadirkan risiko besar karena masuk kategori organik, sementara sampah residu dengan kandungan metal menghadirkan risiko lebih besar saat terekspos matahari dan terurai.
Plastik laminasi atau plastik multilayer yang digunakan membungkus produk sachet termasuk contoh sampah residu yang paling banyak ditemui pada kehidupan sehari-hari.
Untuk mendaur ulang sampah tersebut, tiap lapisan dalam plastik multilayer harus diurai satu demi satu. Tanpa teknologi khusus, proses pemisahan bisa menghabiskan waktu dan tenaga. Karena tingkat kerumitannya, sampah tersebut sering dikategorikan sebagai sampah residu.
Semisal tak ditangani dan diproses dengan benar, sampah residu bisa membahayakan lingkungan dan kesehatan tubuh, termasuk kebakaran dan potensi penyakit kanker.
Masalahnya, fasilitas pemrosesan sampah residu masih terbatas sehingga jenis limbah ini banyak berakhir di tempat pembuangan. Kondisi ini memicu berbagai masalah bagi lingkungan seperti degradasi tanah, polusi udara, dan mengganggu pemandangan.
Selain karena fasilitas pemrosesan yang terbatas, teknologi yang diperlukan dan biaya yang dibutuhkan juga terbatas. Tapi industri yang terus berkembang membuat definisi sampah residu kian tak jelas.
Jenis limbah biasa saat ini bisa digolongkan sampah residu di masa depan karena teknologi baru yang dikembangkan, atau ditemukan metode lain pengelolaan sampah.
Saat ini, biaya yang diperlukan untuk daur ulang sampah residu masih lebih tinggi jika dibanding nilai yang didapat dari produk daur ulang. Misalnya daur ulang produk garmen, teknologinya saat ini masih terbatas sementara biaya daur ulang sangat mahal dan energi yang diperlukan tak sedikit.
Itu sebabnya, sisa limbah tekstil masih dikategorikan sebagai sampah residu karena sulit didaur ulang. Kondisi yang sama juga terjadi pada kertas buram atau tisu.
Kertas buram merupakan hasil daur ulang dari kertas dengan kualitas paling rendah. Daur ulang kertas buram hanya menghasilkan kertas buram dengan kualitas lebih rendah lagi sehingga harganya lebih murah.