Hyundai Motorstudio Senayan Park
Sekalipun teknik pertanian berkelanjutan telah terbukti berhasil dalam meningkatkan panen, sayangnya masih banyak petani ragu-ragu untuk beralih ke pertanian berkelanjutan. Alasannya simpel, pertanian berkelanjutan dirasakan membebani keuangan.
Berdasarkan studi Sustainable Agriculture Research & Education Program, alasan banyak petani yang ragu untuk mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan adalah karena kurangnya sumber daya keuangan, insentif ekonomi, serta informasi yang bisa diandalkan.
Karena itu, bila kita ingin pertanian berkelanjutan berhasil diterapkan, maka insentif ekonomi sangat penting. Sebagai contoh, kita tidak bisa serta-merta meminta para petani memulai pertanian berkelanjutan agar mengurangi gas emisi rumah kaca. Sebab, petani akan menganggap hal ini tidak ada untungnya bagi mereka. Maka dari itu, kita perlu menunjukkan keuntungan ekonomi yang lebih nyata.
Pertanian berkelanjutan bisa didefinisikan dalam banyak cara. Namun, pada dasarnya, pertanian berkelanjutan adalah suatu upaya untuk mempertahankan petani, sumber daya, serta masyarakat dengan praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan dan menguntungkan.
Pertanian berkelanjutan cocok diterapkan dan menyempurnakan pertanian modern saat ini. Sebut saja, pertanian organik. Sangat cocok diterapkan di manapun, meski lahan terbatas di halaman rumah. Bisa diterapkan di pertanian besar atau kecil, memanfaatkan teknologi baru dan memperbarui praktik pertanian di masa lampau.
Baca juga: Cara Membuat Pupuk Kompos dari Daun
Selanjutnya, mari kita lihat beberapa contoh penerapan pertanian berkelanjutan agar lebih mudah dalam memahaminya. Sebagai berikut:
Pertanian organik adalah metode pertanian yang hanya menggunakan pengendalian hama alami dan pupuk hayati untuk bercocok tanam tanpa menggunakan bahan kimia atau pestisida. Metode ini mengoptimalkan siklus energi dan nutrisi dalam ekosistem pertanian.
Penelitian menunjukkan bahwa pemupukan meningkatkan karbon organik di dalam tanah, yang menyebabkan pelepasan CO2 dalam jumlah besar ke atmosfer. Praktek pertanian organik akan membantu petani untuk mengurangi emisi oksida nitrat dan metana dari tanah.
Itulah mengapa metode ini berdampak positif pada air, satwa liar di sekitarnya, tanah, atmosfer, dan petani dalam jangka panjang.
Rotasi tanaman adalah strategi pertanian yang melibatkan budidaya berbagai jenis tanaman di lahan yang sama pada musim yang berurutan. Dengan metode ini, kemungkinan penyakit tanaman dan sayuran dapat dikurangi. Selain itu, praktik ini juga mengurangi jumlah pestisida dan pupuk kimia yang dibutuhkan agar ramah lingkungan.
Menurut FAO (Food Association Organization), energi dari rantai pangan pertanian menyumbang 35 persen dari total emisi GRK (gas rumah kaca). Dengan demikian, sumber energi terbarukan, seperti energi matahari, tenaga air, dan ladang angin, harus digunakan untuk menggerakkan pertanian.
Dalam metode ini, panel surya berguna untuk menjalankan sistem pemompaan dan pemanas. Petani juga dapat menggunakan pembangkit listrik tenaga air dari sungai terdekat untuk berbagai mesin pertanian. Untuk menemukan sumber daya alternatif terbaik untuk pertanian mereka, petani disarankan untuk membandingkan tingkat energi menggunakan situs perbandingan energi yang banyak tersedia di website atau media online.
Pengolahan tanah adalah proses agitasi mekanis tanah untuk mempersiapkannya untuk produksi tanaman. Petani dapat mengoptimalkan operasi pengolahan tanah untuk mengurangi emisi GRK (gas rumah kaca).
Metode ini termasuk menjungkirbalikkan, menggali, dan mengaduk tanah. Pengurangan pengolahan tanah akan menyebabkan pengurangan konsumsi bahan bakar fosil. Oleh karena itu, metode ini dapat mengurangi emisi GRK (gas rumah kaca) dalam jangka panjang.
Last but not least, contoh pertanian berkelanjutan adalah menggunakan teknik agroforestri. Pada dasarnya, agroforestri adalah menanam tanaman keras berkayu di lahan yang sama yang digunakan untuk pertanian.
Karena penggunaan lahan yang maksimal, teknik ini sangat produktif dan berkelanjutan. Cara ini akan membawa banyak manfaat ekonomi, juga sehat dan bermanfaat bagi lingkungan.
Baca juga: Tips Membuat Komposter dari Sampah Organik
Pertanian berkelanjutan mengacu pada pertanian yang baik untuk lingkungan, hewan dan manusia. Bila kita menghargai bumi sebagai penghasil makanan, air, serta tanaman, maka bumi akan berada dalam kondisi yang sehat dan terus menyediakan sumber daya yang berkualitas bagi generasi mendatang.
Jenis pertanian berkelanjutan didasarkan pada pendekatan ekosistem secara keseluruhan, tidak hanya berfokus pada produk tertentu seperti sayuran, daging, telur, dll. Tetapi, pada investasi dalam sistem yang sehat secara keseluruhan. Termasuk sistem pangan yang lebih berkelanjutan, kesejahteraan manusia dan hewan, kesehatan masyarakat, kesehatan ekologi, dan kesehatan tanah.
Jadi, pertanian berkelanjutan tidak bergantung pada penambahan pupuk sintetis atau pestisida. Sehingga, para petani juga tidak terlalu bergantung pada ketersediaan pupuk kimia yang menghabiskan anggaran operasional. Pertanian berkelanjutan memanfaatkan limbah tanaman seperti daun-daun kering, batang, tunggul, dan lainnya, sebagai pupuk kompos yang alami. Bahkan, bisa menggunakan kotoran hewan ternak untuk pupuk hayati yang menyuburkan tanah.
Dalam hal ini, siklus daur ulang tanaman dan pupuk kompos akan membangun kesehatan tanah, sistem air bersih, serta keanekaragaman hayati yang berkelanjutan. Jika pertanian berkelanjutan diterapkan dengan benar, maka kondisi tanah akan selalu sehat dan siap mengurangi jejak emisi gas karbon. Hal inilah yang menjadi salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu untuk memperlambat perubahan iklim dunia.