Hyundai Motorstudio Senayan Park
Kalian sudah pernah mendengar istilah rumah kompos? Sebenarnya, rumah kompos bukanlah konsep baru di Indonesia. Telah ada banyak kampus dan institusi yang membuat rumah kompos untuk mengatasi masalah sampah.
Namun, tahukah kamu, rumah kompos juga bisa mengatasi masalah kelangkaan pupuk? Bagaimana caranya? Ikuti terus ulasannya berikut!
Di tengah kelangkaan pupuk, rumah kompos hadir menjadi solusi yang bisa diandalkan. Para petani dapat membuat sendiri pupuk organik di rumah kompos, ketimbang hanya membeli pupuk kimia dari pabrik.
Ditambah lagi, terkadang pasokan pupuk di pasaran juga terbatas. Bila hanya mengandalkan pupuk buatan pabrik, petani akan terkena dampaknya tidak dapat menghasilkan panen sesuai harapan.
Rumah kompos di berbagai daerah telah diresmikan sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap lingkungan. Salah satunya terdapat di Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Dalam program rumah kompos, pemerintah ingin mengurangi sampah rumah tangga dan membuka peluang tenaga kerja dari warga sekitar. Lebih lanjut, sampah rumah tangga yang menjadi bahan baku kompos juga dikumpulkan dari pemukiman masyarakat.
Misalnya, sekam, jerami, serbuk gergaji, sampah sisa kulit buah, sampah dapur, dan lainnya. Jika para petani bisa membuat sendiri pupuk organik di rumah kompos, mereka dapat menyediakan sendiri kebutuhan pupuk.
Dari pupuk kompos cair dan padat, produksi panen akan meningkat. Selain itu, daru rumah kompos diharapkan para petani dapat menghemat biaya membeli pupuk.
Jadi, apa itu rumah kompos? Sederhananya, rumah kompos adalah suatu bangunan yang dipakai untuk memproses pengomposan sampah organik, seperti kotoran ternak, sisa tanaman, jeramin, dan lainnya, menjadi pupuk organik. Di dalam rumah kompos, terdapat alat pengolah pupuk, dekomposer, mesin pemotong sampah, wadah, gerobak, dan lainnya.
Hampir setiap tahun, harga pupuk mengalami kenaikan. Sedangkan, petani mengeluarkan biaya produksi padi dari anggaran pribadi. Tak cukup itu, masalah lain muncul akibat pemakaian pupuk kimia membuat kesuburan tanah berkurang.
Kondisi penurunan efisiensi pupuk sangat dipengaruhi faktor tanah yang mengalami kendala. Misalnya, kesehatan tanah berkurang akibat pupuk kimia, maupun pengelolaan tanah yang kurang tepat.
Biasanya, kerusakan tanah sering terjadi di area sawah, lahan kering, dan lahan rawa. Hal ini dapat terjadi akibat sisa panen seperti jerami yang dibakar. Padahal, sisa panen seperti jerami sebaiknya dibiarkan agar menjadi pupuk organik untuk mendukung kesuburan tanah di proses tanam selanjutnya.
Di rumah kompos, proses pembuatan sisa hasil panen seperti jerami menjadi pupuk organik butuh waktu sekitar 5 minggu dengan proses manual.
Akan tetapi, jika memakai mesin pencacah atau mesin pemotong, membutuhkan waktu hanya 1 minggu. Kemudian, rumah kompos dapat difasilitasi pemerintah dengan beberapa alat pendukung seperti alat angkut atau gerobak roda tiga.
Adapun tujuan dari pengembangan rumah kompos adalah berikut:
Sebelum membuat rumah kompos, berikut adalah hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan:
Rumah kompos dapat menjadi alternatif penanganan sampah khususnya sampah organik di masyarakat. Meskipun sudah ada TPS, namun tetap saja sampah yang terkumpul hanya dibiarkan tanpa ada penanganan. Akibatnya, menjadi pencemaran udara, air, dan tanah. Bahkan, menimbulkan bau tidak sedap.
Pupuk kompos berasal dari sampah organik dari bunga, ranting pohon, dan dedaunan. Selain itu, pupuk kompos juga bisa dibuat dari sisa makanan, sampah dapur, bumbu memasak, dan lainnya.
Ikuti tahap pembuatan kompos berikut:
Jika pupuk sudah siap digunakan, maka kamu bisa melihat ciri-ciri berikut:
Bukan hanya mengurangi jumlah sampah di sekitar lingkungan, pupuk kompos memiliki beragam manfaat, antara lain:
Bayangkan apabila rumah kompos mampu dibangun di tiap desa atau wilayah seluruh Indonesia, maka masalah kelangkaan pupuk pertanian bisa diatasi secara swadaya oleh masyarakat. Bagaimana menurutmu, setujukah kamu bila dibangun rumah kompos di daerahmu?