Hyundai Motorstudio Senayan Park
Komputer, laptop, tablet, dan smartphone merupakan masalah bagi lingkungan karena saat mencapai batas akhir pemakaiannya hanya akan menjadi sampah elektronik, umum disebut e waste.
Semisal dibuat hitungan kasar, 50 juta ton sampah elektronik dihasilkan dalam satu tahun, sementara rasio daur ulang sangat rendah sehingga tak mampu mengimbangi. Menekan angka tersebut bermanfaat untuk memperlambat perubahan iklim yang membahayakan lingkungan.
Berbeda dengan jenis sampah lain yang bisa didaur ulang dengan trik sederhana, bahkan dalam skala rumahan, e waste memerlukan proses daur ulang yang rumit. Itu sebabnya, barang elektronik tak terpakai lebih sering dijumpai di tempat sampah, alih-alih didaur ulang dan digunakan kembali.
E waste merujuk pada produk apapun yang menggunakan listrik sebagai sumber tenaga. Saat ini, sampah elektronik memiliki porsi 2-3% sampah global dunia.
Meski porsinya terkesan kecil, tapi dampaknya pada kesehatan dan lingkungan melebihi dari semua jenis sampah yang ada. Sampai saat ini, hanya baru sekitar 17% e waste yang didaur ulang.
Sampah elektronik mengandung material beracun seperti beryllium, cadmium, dan lead. Semisal senyawa tersebut terekspos radiasi kuat atau berkarat karena reaksi kimia, material beracun terlepas ke atmosfer, menyusup ke dalam tanah, dan mengalir ke sumber air terdekat.
Inilah alasan sebenarnya kenapa sampah elektronik tak boleh dibuang. Jika pun terpaksa, cari komunitas yang menerima barang elektronik bekas karena mereka biasanya lebih paham cara untuk menangani.
Menangani sampah elektronik bukan tugas mudah. Dalam satu rangkaian papan sirkuit biasanya terdapat berbagai komponen elektronika seperti resistor, transistor, induktor, dan kapasitor. Komponen tersebut harus dilepas dari papan sirkuit satu demi satu.
Komponen elektronika yang masih berfungsi kemudian disimpan untuk digunakan kembali, sementara material berbahaya dipisahkan untuk ditangani secara berbeda.
Mayoritas komponen yang digunakan untuk merakit komputer dan smartphone diambil dari mineral yang tak bisa diperbarui. Mendaur ulang dapat mencegah suplai mineral terkuras habis sampai material pengganti dapat ditemukan.
Meski sumber material yang tak bisa diperbarui sebenarnya tidak langka, tapi mendaur ulang akan menghadirkan berbagai keuntungan.
Contoh sederhana, lithium yang dikategorikan sebagai material yang tak bisa diperbarui tapi mudah ditemukan kini sedang naik pesat berkat adopsi mobil listrik. Kendaraan ini memerlukan banyak lithium sebagai media untuk menyimpan daya dalam baterai.
Mengurangi sampah elektronik bermanfaat untuk melindungi sumber daya alam dan menjaga energi yang diambil dari alam.
Satu contoh, mendaur ulang komponen metal pada ponsel model lawas, alih-alih menambang, dapat menghemat energi yang dapat digunakan menghidupi 24 ribu rumah dalam jangka waktu satu tahun.
Rata-rata rumah tangga memiliki 24 perangkat elektronik dan saat ini sudah ada 2,37 juta ton limbah produk elektronik yang menjadi sampah. Jumlah yang cukup untuk menutupi lima stadion sepakbola terbesar sekalipun.
Tak banyak cara yang bisa dilakukan untuk menangani sampah elektronik, tapi poin berikut setidaknya bisa menjadi acuan untuk mengelola limbah e waste.
Daur ulang sampah elektronik, secara umum, lebih sulit dibanding jenis sampah biasa, dan ini harus dimulai dengan menyortir manual.
Saat e waste sudah dikumpulkan dan dibawa ke fasilitas daur ulang, sampah dipilah berdasarkan tipe dan modelnya. Tiap perangkat elektronik diperiksa guna mencari tahu komponen yang masih berfungsi untuk kemudian diekstrak.
Sisa sampah e waste yang tak berfungsi lalu dihancurkan dengan alat khusus hingga menjadi kepingan kecil. Tapi sebelum benar-benar dihancurkan, sampah lebih dulu melewati proses demanufakturisasi.
Proses ini bertujuan melepas komponen elektronika dari papan sirkuit untuk menghilangkan material berbahaya dari perangkat elektronik agar mencegah kontaminasi.
Contohnya toner pada mesin fotokopi yang ternyata rentan meledak dan terbakar. Akan sangat berbahaya jika langsung dilebur karena dapat memicu ledakan yang merusak fasilitas daur ulang.
Begitu sampah dihancurkan, metal dan beberapa material bernilai tinggi akan dipisahkan. Tak seperti di bagian awal pemprosesan, pemisahan tidak dilakukan dengan manual.
Magnet berukuran besar ditempatkan untuk menarik material yang bersifat magnetik seperti besi, baja, nikel, dan lainnya. Sementara material yang tak terikat magnet akan terlepas saat aliran listrik diinduksikan. Pada tahap ini, semua sampah yang tertinggal sudah tak mengandung magnet.
Langkah berikutnya, sampah dipisahkan dengan air. Cairan membuat material ringan seperti plastik terangkat sementara material berat seperti kaca tenggelam.
Proses daur ulang menghasilkan bahan mentah yang kemudian bisa dijual untuk digunakan bahan baku membuat produk lain.