.

Newsroom

Krisis Energi: Pengertian, Penyebab dan Dampaknya

Hyundai Motorstudio Senayan Park 2022.08.11
Krisis Energi: Pengertian, Penyebab dan Dampaknya

Kita semua tahu bahwa cadangan sumber daya alam saat ini sudah kian menipis dan dunia kini menghadapi tantangan besar: krisis energi.

Khususnya dua dekade terakhir, kebutuhan energi naik drastis hingga ke level yang belum pernah dialami, hanya untuk memenuhi sektor industri. Tapi energi dari fosil jumlahnya terbatas, dan ini belum menghitung efek negatif yang ditimbulkan.

Sumber daya alam yang serba terbatas membuat pasokannya semakin menipis. Imbasnya, berbagai produk yang diambil dari dalam perut bumi harganya kian melambung dari tahun ke tahun.

Apa Itu Krisis Energi?

Secara sederhana, krisis energi merupakan kelangkaan sumber daya alam karena terus menerus diambil sementara siklus regenerasinya tak mampu mengimbangi kebutuhan produksi.

Krisis energi yang terjadi saat ini merupakan akumulasi masalah energi yang dialami tiap negara selama beberapa tahun terakhir. Sumber daya alam bukan termasuk energi terbarukan sehingga terbatas jumlahnya. Singkatnya, krisis terjadi karena jumlah cadangan energi yang tersedia tak mencukupi.

Energi tercipta secara alami yang butuh ratusan hingga ribuan tahun untuk terbentuk. Itu sebabnya, persoalan energi sudah menjadi isu lama yang cukup kompleks dan luas.

Pemerintah, korporasi, dan individu seharusnya bekerja sama untuk memastikan bahwa penggunaan energi terbarukan merupakan prioritas utama, sekaligus mengurangi pemakaian energi alam lewat berbagai program konservasi.

Tapi mayoritas individu tak merasa ada keterkaitan dengan isu krisis energi, kecuali jika harga BBM dan gas elpiji naik. Yang sebenarnya, krisis energi terus terjadi terlepas usaha yang sudah dilakukan.

Alasan utamanya karena individu tak paham tentang penyebab dan solusi atas krisis yang terjadi. Terlebih dengan ledakan populasi di beberapa tahun mendatang, krisis energi bisa saja lebih parah.

Penyebab Krisis Energi

Konsumsi energi global akan meningkat seiring pertambahan populasi masa depan, dan ini merupakan kondisi yang tak bisa dihindari. Tapi selain populasi, penyebab krisis energi bisa dari berbagai faktor seperti berikut.

1. Populasi Berlebih

Saat tingkat permintaan bertambah tapi suplai berkurang, krisis akan terjadi. Meledaknya populasi memicu peningkatan konsumsi energi tapi cadangan sumber daya alam terus berkurang.

Industri memerlukan sumber daya alam untuk menghasilkan produk yang diperlukan manusia. Populasi bertambah berarti produksi harus diperbanyak, dan ini jelas butuh lebih banyak sumber daya.

Persoalannya, tak satupun industri dapat berjalan tanpa melibatkan sumber daya alam, dan ini jelas mengurangi cadangan energi secara signifikan.

2. Konsumsi Berlebih

Krisis energi merupakan puncak masalah dari berbagai kelangkaan sumber daya alam saat ini, jadi tak hanya terjadi pada satu aspek saja. Minyak, gas, batubara, air, dan oksigen termasuk contoh energi yang mulai menipis.

Terlepas dari jenis sumber daya alam yang mulai langka, mayoritas disebabkan karena konsumsi berlebih. Yang menjadi persoalan, konsumsi juga memicu sejumlah masalah lingkungan seperti polusi, gas rumah kaca, perubahan iklim, dan lainnya.

3. Buang-Buang Energi

Menyia-nyiakan energi jelas akan memicu kelangkaan energi, seperti air dan minyak contohnya. Sebab paling umum, mayoritas penduduk dunia belum memahami pentingnya melestarikan energi.

Kecuali ada langkah konkrit, krisis energi tak akan teratasi dalam waktu dekat. Padahal langkah sederhana seperti mematikan keran saat gosok gigi, jalan kaki, dan mengganti lampu CFL dapat menghemat energi.

4. Bencana Alam

Bencana alam seperti banjir, gunung meletus, dan gempa bumi dapat memicu kelangkaan suplai energi. Begitu juga dengan kecelakaan skala besar seperti ledakan pipa gas dan lainnya.

Suplai energi menjadi terganggu sehingga memicu kenaikan harga kebutuhan pokok, yang selanjutnya memicu inflasi.

5. Perang

Krisis energi bisa disebabkan karena perang antar negara, dengan Rusia dan Ukraina menjadi contoh terbaru yang menyebabkan masalah suplai gas di negara Eropa.

6. Pandemi

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia membuat permintaan energi berkurang drastis sehingga kapasitas produksi dibatasi. Begitu pandemi berakhir, terjadi peningkatan permintaan energi yang signifikan sehingga cadangan produksi tidak memadai dan krisis pun terjadi.

Dampak Krisis Energi

Pertumbuhan populasi dunia memicu peningkatan konsumsi energi, sementara sumber energi yang disediakan alam saat ini hanya terbatas pada fosil yang kian menipis jumlahnya.

Persoalannya, memanfaatkan berbagai bentuk energi yang diambil dari alam ternyata membawa dampak buruk. Manusia sebagai pengambil manfaat tak lepas dari dampaknya, begitu juga alam sebagai penyedia energi.

1. Lingkungan

Energi diproduksi dengan membakar sumber daya alam yang tak bisa diperbarui. Ini tak hanya berefek pada cadangan sumber daya alam secara global, tapi juga berpengaruh ke lingkungan.

Hasil proses produksi menghasilkan emisi gas seperti karbon dioksida, metana, dan lainnya. Gas tersebut kemudian menyelimuti bumi yang mencegah panas matahari menguap pada malam hari. Dalam kata lain, krisis energi membuat bumi semakin hangat sehingga memicu pemanasan global.

2. Kesehatan

Emisi gas yang memenuhi oksigen membuat udara yang dihirup manusia menjadi kurang sehat. Bagian penting yang paling terdampak yaitu sistem respirasi. Selain itu, hawa panas juga memicu stres berlebih.

3. Harga

Semakin tinggi penggunaan energi, biaya produksi energi juga naik. Harus diingat bahwa sumber daya alam yang tersedia sangat terbatas, jadi sangat mungkin harga naik berkali-kali lipat.

Seiring pemakaian yang konstan, jumlah sumber daya alam mengalami penurunan jumlahnya tiap hari sementara permintaan terus meningkat. Situasi ini jelas memicu harga naik dan dampaknya hampir terasa semua negara.

4. Politik

Nyatanya, krisis energi juga memicu gejolak politik yang terjadi di hampir semua negara. Pencarian sumber daya alam baru untuk dieksplorasi bahkan kerap memicu ketegangan politik antar bangsa.

Semisal politik sudah bergejolak, aspek sosial dan ekonomi juga terdampak. Itu sebabnya, krisis energi bukan menjadi domain satu negara, tapi semua negara dengan tingkat kompleksitas berbeda.


TOP