Hyundai Motorstudio Senayan Park
Dari ayam goreng untuk hidangan utama sampai kentang goreng untuk camilan, minyak goreng punya peran penting dalam dapur rumah tangga, lebih-lebih untuk dapur industri seperti resto dan kedai makan.
Tapi minyak goreng juga bisa menurun kualitasnya jika digunakan berulang, bahkan cukup berbahaya untuk beberapa kondisi. Jika sudah seperti itu, minyak goreng berubah konsentrasinya berganti menjadi minyak jelantah.
Dilema kemudian muncul. Minyak jelantah jelas tak baik digunakan lagi, tapi dibuang pun sayang. Terlebih minyak jelantah bukan termasuk material yang mudah diserap tanah, jadi membuang langsung hanya akan mencemari tanah.
Minyak jelantah termasuk jenis energi yang tak terlalu berguna saat sudah mencapai siklus akhir pemakaiannya. Mayoritas akan dibuang, alih-alih digunakan kembali untuk keperluan lain.
Padahal ada sejumlah alasan kenapa tak boleh membuang minyak jelantah, misalnya terkait kerusakan peralatan dapur, kerusakan lingkungan, dan seputar kesehatan.
Semisal dibuang sembarangan, minyak jelantah dapat memicu masalah saluran pembuangan. Karena sifatnya yang lengket, kotoran sangat mungkin menempel yang lambat laun akan bertambah sebelum akhirnya menyumbat saluran.
Dengan kata lain, mendaur ulang minyak jelantah sama saja dengan menjaga fasilitas dapur agar tetap berfungsi seperti seharusnya.
Mendaur ulang dengan layak memastikan minyak jelantah tak akan ‘menodai’ lingkungan, sekaligus mengurangi potensi kerusakan sumber air tanah dan mineral pada tanah.
Menurut EPA, tumpahan minyak jelantah memiliki efek yang sama berbahayanya seperti tumpahan oli di perairan. Mengolah minyak bekas sama saja dengan menunjukkan dedikasi dalam mencegah kerusakan lingkungan.
Membuang minyak jelantah dengan cara tak layak bisa memicu masalah kesehatan. Terlebih untuk resto atau kedai makanan, langkah ini justru membahayakan konsumen dan komunitas di sekitar.
Minyak jelantah menimbulkan asap atau bau yang berbahaya, dan limbah yang menumpuk karena saluran pembuangan tersumbat memicu bakteri dan patogen berkembang.
Setelah memahami bahwa mendaur ulang merupakan cara terbaik untuk memanfaatkan minyak jelantah kembali, lalu apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara memanfaatkannya?
Setidaknya ada beberapa cara kreatif untuk memanfaatkan kembali minyak goreng bekas tanpa harus membahayakan lingkungan dan kesehatan tubuh. Berikut kiat selengkapnya.
Minyak jelantah sangat efektif dimanfaatkan sebagai pelumas untuk berbagai alat rumah tangga, misalnya engsel pintu dan jendela. Semisal kunci pintu sulit diputar saat dibuka atau ditutup, minyak jelantah bisa berperan sebagai media pelumas.
Sebagai tambahan, minyak jelantah sering dimanfaatkan untuk mencegah karat pada permukaan yang terbuat dari besi, begitu juga dengan alat lain yang memakai material dasar yang sama.
Layaknya oli mesin, minyak jelantah mampu mengurangi friksi sekaligus meminimalkan dampak panas akibat gesekan.
Seiring masyarakat kini lebih sadar tentang ramah lingkungan dan permintaan bahan bakar alternatif meningkat, minyak jelantah bisa dimanfaatkan sebagai salah satu bahan dasar produksinya. Metode ini berkontribusi untuk mengurangi emisi karbon hingga 85%.
Langkah dimulai dengan mengumpulkan minyak jelantah lalu dibawa ke fasilitas produksi yang mana minyak jelantah akan dimurnikan dan diproses hingga menjadi bahan bakar yang mampu menggerakkan mesin atau alat lain yang menggunakan sistem kombusi.
Jika tiba-tiba dalam kondisi tertentu terjadi pemadaman total, minyak jelantah bisa digunakan untuk bahan bakar lampu tradisional. Hanya dengan modal kapas dan minyak jelantah, itu sudah cukup!
Prosesnya sederhana, dan ada banyak uang yang bisa dihemat. Yang harus diperhatikan, minyak lampu sebenarnya memproduksi emisi karbon sehingga sangat dianjurkan hanya digunakan saat kondisi darurat saja.
Nyatanya, minyak jelantah dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari makanan hewan peliharaan. Minyak jelantah yang sudah dibersihkan menawarkan banyak kalori dan nutrisi lain yang diperlukan hewan.
Minyak jelantah dinilai mampu meningkatkan citarasa makanan untuk hewan. Hasilnya, bobot hewan bisa bertambah drastis sehingga nilai jual jadi lebih tinggi.
Sejumlah industri peternakan seperti unggas sudah menerapkan metode ini, meski masih sebatas campuran, bukan makanan utama. Penggunaannya biasanya dicampur dengan makanan utama.
Seiring waktu, banyak furnitur akan mulai kehilangan kilau dan berangsur jadi kusam. Minyak jelantah dapat memperbaiki tampilan ini sehingga furnitur terasa seperti baru, sekaligus mencegah retakan.
Ini termasuk cara kreatif memanfaatkan minyak goreng bekas, yaitu untuk memoles permukaan furnitur. Minyak jelantah secara efektif mampu mengembalikan kilau permukan benda yang tadinya mengkilap hanya dengan beberapa kali oles.
Yang perlu disiapkan yaitu dengan mencampur minyak jelantah dan cuka dengan komposisi 1:1, lalu oleskan ke permukaan benda yang tergores.
Tergantung jenisnya, minyak jelantah bisa dimanfaatkan sebagai bahan kompos. Walau demikian, minyak sayur akan jauh lebih baik digunakan untuk kompos karena terbuat dari material organik.
Yang harus diingat, menggunakan terlalu banyak minyak justru memperlambat proses penguraian karena sifat minyak yang lengket, sekaligus memunculkan bau tak sedap yang memancing hewan kecil melata mendekat.
Metode ini sebenarnya sudah dipraktikkan sedari dulu, dan hasilnya memang benar. Khususnya minyak sayur, manfaatnya dapat melembabkan rambut dan cocok untuk tipe rambut kering.
Penggunaanya pun mudah. Ambil beberapa tetes minyak sayur lalu usapkan ke rambut dan beri pijatan lembut. Setelah beberapa saat, bersihkan rambut dengan sampo lalu bilas untuk menghilangkan sisa minyak yang tertinggal.
Selain melembabkan rambut, minyak jelantah juga mampu melembutkan rambut. Trik yang sama juga bisa diterapkan pada hewan berbulu seperti kucing dan anjing, bahkan burung peliharaan.