Hyundai Motorstudio Senayan Park
Di masa sekarang, siapa yang tak memakai plastik? Masyarakat dan plastik memiliki hubungan yang sulit dipisahkan. Lebih dari 100 tahun, plastik berbasis bahan minyak bumi buatan manusia telah berubah dari bahan yang semula dianggap “ajaib” menjadi perusak lingkungan.
Setelah beberapa dekade, pemerintah di berbagai negara mulai melarang pemakaian kantong plastik polimer. Sebagai pengganti, masyarakat dihimbau beralih ke plastik ramah lingkungan.
Plastik ramah lingkungan adalah plastik yang dibuat dari bahan berbasis alam seperti tepung jagung, tepung gandum, dan bahan organik lainnya. Plastik ramah lingkungan dapat terurai secara hayati dan menjadi tanah kompos ketika dibuang ke tanah.
Sekalipun dianggap sebagai inovasi yang positif, akan tetapi proses daur ulang plastik ramah lingkungan juga membutuhkan proses yang perlu dipahami setiap orang. Untuk lebih jelasnya, mari kita pelajari ulasannya di bawah ini!
Awalnya, plastik dari bahan polimer dibuat pada 1950-an. Sejak saat itu, dunia sudah memproduksi lebih dari 8,3 miliar metrik ton plastik.
Pembuatan plastik konvensional dirancang agar tidak mudah rusak. Oleh sebab itu, sebagian besar plastik konvensional tetap bertahan di lingkungan selama puluhan tahun.
Studi pada 2017, memperkirakan 79% sampah plastik masih ada di TPA atau lingkungan. Sedangkan, 12% sudah dibakar dan hanya 9% yang didaur ulang.
Pada 2050, diperkirakan sampah plastik akan semakin berlipat ganda hingga 756 juta metrik ton per tahun. Akan tetapi, semua prediksi tersebut bisa dicegah jika manusia beralih ke plastik ramah lingkungan.
Inovasi dalam industri plastik petrokimia tradisional, pasar plastik ramah lingkungan mencapai mencapai $3,27 miliar pada tahun 2019 dan diperkirakan akan tumbuh 9,4% pada tahun 2027.
Pemakaian plastik ramah lingkungan turut didukung penuh oleh pemerintah dan undang-undang yang membatasi produksi plastik konvensional. Selain itu, masyarakat perlahan mulai beralih ke kemasan yang lebih berkelanjutan.
Menurut pengertiannya, plastik ramah lingkungan adalah polimer rekayasa yang dirancang agar dapat terurai secara hayati atau mudah didaur ulang. Secara umum terdapat tiga kategori plastik ramah lingkungan, yaitu bioplastik, plastik biodegradable, dan plastik daur ulang.
Bioplastik adalah sejenis plastik polimer yang dibuat dengan sumber daya terbarukan dan mampu terurai secara alami.
Plastik berbasis bio atau bioplastik dibuat dari tanaman seperti bahan tepung yang berasal dari kentang atau jagung. Kemudian, bahan pati jagung ditambahkan PLA (asam polilaktat), PHA (polihidroksi alkanoat), serta bahan baru yang inovatif seperti Notpla, larutan yang dibuat dari rumput laut.
Bahan PLA yang terbuat dari pati jagung sangat disukai produsen kemasan plastik. Pasalnya, kalau dibandingkan dengan plastik konvensional, bioplastik mengurangi 70% emisi karbon saat diproses di TPA. Selain itu, plastik berbasis bio lebih hemat 30% energi ketika diproduksi. Sehingga, produsen kemasan dapat menghemat anggaran.
Selanjutnya, kategori plastik ramah lingkungan adalah plastik biodegradable. Jenis plastik ramah lingkungan dibuat sebagian atau seluruhnya dari minyak bumi yang tidak terbarukan. Plastik biodegradable ditambahkan campuran bahan kimia yang menyebabkan bisa terurai lebih cepat jika terpapar cahaya, oksigen, kelembaban, atau suhu panas.
Bahan utama yang ditambahkan dalam plastik biodegradable adalah polybutylene adipate terephthalate (PBAT) dan polybutylene succinate (PBS). Kedua bahan tersebut berbasis minyak bumi yang sering dipakai untuk kemasan produk, pelapis untuk cup kertas, serta film. Secara umum, plastik biodegradable dipandang sebagai plastik ramah lingkungan.
Sedangkan, kategori yang ketiga adalah plastik daur ulang. Semacam plastik ramah lingkungan yang dibuat dari campuran persentase plastik berbasis minyak bumi yang sudah didaur ulang.
Sebagai contoh, bahan botol plastik PET (polyethylene terephthalate) yang didaur ulang menjadi botol rPET. Atau, tas daur ulang dari bekas tas belanja berbahan HDPE (high-density polyethylene) menjadi papan dek atau bangku taman.
Umumnya, produk plastik daur ulang masih dianggap sebagai plastik konvensional atau bukan termasuk plastik ramah lingkungan. Sebab, masih sulit terurai secara hayati. Akan tetapi, plastik daur ulang dianggap memberikan dampak positif untuk mengurangi sampah plastik.
Meskipun dapat didaur ulang, tetapi proses daur ulang sampah plastik cukup rumit. Bahkan, membutuhkan fasilitas khusus yang biasanya dimiliki negara maju dengan teknologi modern.
Sementara, masyarakat awam juga masih belum memahami peraturan dan cara daur ulang yang benar. Sebab, sebagian besar plastik ramah lingkungan membutuhkan metode khusus dan tidak bisa didaur ulang memakai metode yang sama seperti plastik konvensional.
Bioplastik dan plastik biodegradable dirancang untuk menggantikan plastik tradisional. Namun, karena bentuknya yang hampir sama, sulit membedakan manakah plastik konvensional dan mana plastik yang ramah lingkungan.
Kalau sampai tercampur saat proses daur ulang, botol plastik berbasis PLA (bioplastik) akan menjadi kontaminan bagi botol polimer tradisional. Sebab, bahan berbasis tanaman (bioplastik) melemahkan struktur kimia polimer. Selain itu,dapat menurunkan nilai jual botol plastik secara keseluruhan.
Sedangkan, jika tidak dikirim ke TPA, bioplastik dan plastik biodegradable dialihkan ke pabrik daur ulang bahan kimia, atau pusat pengomposan industri.
Penanganan sampah plastik ramah lingkungan membutuhkan infrastruktur dan fasilitas khusus yang biayanya cukup mahal. Oleh karena itu, sangat penting agar masyarakat mulai memahami cara membedakan manakah sampah plastik konvensional dan plastik ramah lingkungan.
Pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga swasta atau bank sampah di seluruh Indonesia untuk menangani masalah sampah plastik.