.
Hyundai Motorstudio Senayan Park
Seiring kondisi bumi yang berubah, manusia dituntut berperan lebih aktif dalam menjaga lingkungan. Dalam kaitannya dengan pengelolaan sampah, 3R merupakan prinsip utama. Tapi hasilnya tak akan bisa optimal tanpa disertai rethink.
Rethink merupakan suatu rencana, sementara 3R lebih kepada aplikasinya. Kombinasi keduanya akan menghasilkan yang terbaik untuk lingkungan sehingga menjadi lebih layak huni.
Pada dasarnya, rethink termasuk aspek penting dalam penanggulangan sampah yang berfokus pada perilaku manusia agar tidak menghasilkan sampah dan limbah.
Rethink dinilai sebagai suatu standar baru dalam aplikasi prinsip 3R, khususnya jika ingin menerapkan pola hidup zero waste.
Dalam kaitannya dengan pengelolaan sampah, rethink merupakan pola pikir untuk mengurangi sampah. Ini bisa dimulai dengan bertanya pada diri sendiri tentang berapa banyak sampah yang dihasilkan lalu bagaimana cara mengurangi sampah beserta jejak karbon yang ditimbulkan.
Jadi, tak cukup hanya dengan membuang sampah pada tempatnya, tapi juga harus dipikirkan bagaimana cara mengolah sampah tersebut agar tak sampai mencemari lingkungan.
Lain kali saat berbelanja ke supermarket, bawa kantong belanja sendiri untuk menghindari plastik sekali pakai. Ini merupakan contoh pola pikir sederhana agar tak menciptakan sampah saat berbelanja.
Ada ribuan cara untuk berpikir, terlebih jika ingin mengurangi sampah yang dihasilkan dari aktivitas harian. Bisa dikatakan, rethink merupakan langkah awal dalam menerapkan prinsip 3R.
Pada penerapannya, pertimbangkan semua nilai dan manfaat yang ada pada barang tak terpakai agar tak menjadi sampah atau limbah.
Agar tak menimbulkan sampah, rethink mengharuskan individu agar berpikir dulu sebelum membeli barang, lalu menemukan cara-cara kreatif untuk menggunakan kembali produk tersebut setelah siklus pemakaiannya berakhir.
Dengan menerapkan rethink pada semua aspek kehidupan, kemunculan sampah dapat dicegah. Tentu ini menjadi kabar baik dalam usaha mencegah perburukan lingkungan.
Mengaplikasikan rethink sebenarnya bisa dimulai kapan saja, khususnya saat ingin membeli barang baru atau saat akan membuangnya. Mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan akan berimbas positif bagi lingkungan, terlebih untuk generasi mendatang.
Untuk sejenak, coba berpikir apakah barang baru benar-benar diperlukan. Semisal ada barang yang di rumah dengan fungsi yang kurang lebih sama, kenapa harus beli baru?
Jika pada akhirnya harus membeli produk baru, pilih yang dibuat dengan material daur ulang. Membeli produk ramah lingkungan yang terbuat dari material organik juga bisa menjadi opsi terbaik.
Begitu juga saat ingin membuang sampah. Pikirkan apakah manfaat yang diberikan produk tersebut sudah habis, dan apakah barang bekas tersebut bisa dikreasikan lagi menjadi produk lain?
Sebelum membuang apapun, cobalah memperbaiki, menggunakan kembali, mendaur ulang, atau memakai metode lain yang sekiranya tidak menghasilkan sampah baru.
Pada kasus sampah medis, penting juga memahami jenisnya agar bisa ditangani dengan layak sehingga tak memicu kontaminasi atau bahaya.
Pada situasi ini, rethink merupakan langkah pertama yang harus dilakukan jika ingin menangani sampah, apapun jenisnya. Pola pikir seperti ini bisa menjadi metode paling efektif guna mengurangi sampah, atau mengelola jika sampah sudah ada.
Poin pentingnya, berpikir merupakan gagasan penting dalam mengelola sampah, terlepas apakah ingin membuangnya atau mendaur ulang.
Environmental sustainability memerlukan pola pikir mendalam daripada hanya sekedar reduce, reuse, dan recycle. Tapi aplikasi rethink sebenarnya tak hanya mengikat konsumen saja, produsen juga harus punya pola pikir yang serupa supaya terjadi kesinambungan.
Konsumen memang diharapkan berpikir sebelum membeli atau membuang produk, tapi produsen harus menjembatani dengan menawarkan produk ramah lingkungan, sementara pemerintah punya tanggung jawab membuat regulasi.
Konsep rethink harus dimulai dengan menimbang efek secara ekologi dan ekonomi pada tiap siklus kehidupan suatu produk, dari proses produksi hingga tahap pembuangan atau pengelolaan.
Pemahaman ini bisa dijadikan acuan penting agar individu bisa mendapat manfaat terbaik dari suatu produk tanpa harus membahayakan lingkungan.
Rethink memungkinkan individu melihat gambaran lebih besar dengan menilai produk secara keseluruhan, dari mulai pemprosesan bahan baku sampai berakhir di tempat pembuangan. Ini memberi pemahaman mendalam terkait aspek lingkungan beserta dampak yang dihasilkan.
Dengan menerapkan pola pikir rethink, akan menjadi jelas bahwa potensi pengurangan emisi karbon dari aktivitas sehari-hari akan menciptakan sustainable environment.
Mendaur ulang memberi manfaat positif pada lingkungan, tapi manusia harus bisa bersikap lebih cerdas tentang bagaimana cara paling efektif mendaur ulang.
Khususnya pada prinsip pengelolaan limbah sampah, fokus utama yaitu memahami bahan baku suatu produk dan imbasnya pada lingkungan, apakah memberi manfaat atau justru membahayakan.
Teknik 3R merupakan tindakan proaktif dalam mengelola sampah, sementara rethink merupakan metode preventif sehingga pada praktiknya mampu memberi hasil lebih baik.
Rethink memungkinkan individu agar memikirkan kembali produk yang akan dibeli sehingga tak memicu sampah baru. Ini yang menjadi perbedaan utama dari rethink dengan 3R.
Mengelola sampah dengan metode rethink merupakan keharusan jika melihat situasi bumi terkini. Sebagai satu-satunya makhluk hidup yang mampu berpikir, sudah seharusnya kalau manusia berpikir jauh ke depan sebelum mengambil keputusan apapun, termasuk saat membeli produk baru.
Dengan menerapkan prinsip rethink, individu bisa terhindar dari sikap impulsif terhadap suatu produk yang sebetulnya tak perlu dibeli.
Pola pikir rethink membuat individu berpikir bahwa membeli produk baru bukan merupakan satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan. Rethink justru mengajarkan siapapun agar memanfaatkan apa yang sudah dipunyai, alih-alih membeli baru demi mendapat manfaat sama.