Hyundai Motorstudio Senayan Park
Siapa disini yang sudah familiar dengan istilah recycle. Namun, belum pernah mendengar istilah upcycle. Jika dilihat sekilas memang serupa, kegiatan mendaur ulang barang yang sudah tidak terpakai. Tapi sebenarnya keduanya ini mempunyai alur berbeda.
Pada recycle, material sampah misalnya kertas, kaca atau plastik mengalami perubahan bentuk. Kertas dihancurkan, lalu dilelehkan hingga menjadi bubur kertas, kemudian dikeringkan dan baru bisa digunakan.
Untuk plastik dan kaca ini lebih sulit lagi, sebab harus dikirim ke pabrik pengolahan supaya dihancurkan kemudian dilebur menjadi bahan mentah dari barang siap pakai.
Recycle berarti daur ulang yakni proses pengolahan ulang barang yang sudah tidak terpakai menjadi suatu produk lainnya. Misalnya pengolahan botol bekas menjadi suatu kerajinan bunga plastik.
Proses recycle ini memanglah lebih sedikit rumit dibanding upcycle. Umumnya, pengolahan recycle dilakukan dengan cara mengumpulkan barang bekas yang tidak terpakai, lalu dihancurkan dan dileburkan, kemudian akan dijadikan produk yang lain.
Recycle jika dilihat dalam konteks fashion yakni mengolah produk fashion yang telah tidak terpakai menggunakan cara tertentu dengan tujuan mengubah menjadi produk berbeda.
Cara yang digunakan dalam proses recycle dalam konteks fashion dapat berupa proses mekanis maupun kimiawi. Proses mekanis ini dilakukan dengan cara mengurai atau memarut produk fashion supaya kembali menjadi serat sehingga bisa dijadikan produk baru.
Lain halnya dengan metode kimiawi proses recycle dalam konteks fashion ini melibatkan bahan kimia, yang umumnya cukup berbahaya untuk lingkungan karena harus mengurai kain ataupun produk fashion lain, sehingga bisa tercampur kembali pada proses produksi yang berbeda.
Di sisi lain, upcycle yaitu proses pemanfaatan benda alam dan non-alam yang ada di lingkungan sekitar yang diolah menjadi suatu produk baru yang lebih bernilai. Konteksnya disini, proses upcycle lebih sederhana dibanding dengan proses recycle sebab hanya membutuhkan kreativitas.
Misalnya, eceng gondok yang biasanya hanya menjadi gulma bisa dimanfaatkan menjadi suatu kerajinan yang lebih bernilai.
Dari proses pemanfaatan eceng gondok hanya membutuhkan pengeringan dan ini tidak akan mengubah bentuk bahan aslinya. Oleh karena itu, proses inilah termasuk dalam kategori Upcycle.
Sama halnya seperti informasi di atas, upcycle dalam konteks fashion yakni proses mengolah produk fashion menjadi suatu produk fashion baru, tanpa perlu adanya proses penguraian dahulu.
Proses upcycle ini lebih kepada bagaimana modifikasi, reparasi, hingga rekayasa pada model pakaian, bahan yang digunakan di dalamnya sehingga bisa menciptakan satu produk tetap yang mempunyai nilai fungsi dan nilai komersial lebih.
Karya baru yang dihasilkan dari proses upcycle ini mempunyai sifat yang unik sebab dapat menjadi perpaduan antara beberapa pakaian yang tidak lagi digunakan. Pakaian yang menjadi ‘bahan mentah’ yakni pakaian bekas yang tidak lagi terpakai, ataupun terdapat rusak di beberapa bagian.
Bagian pakaian ini nantinya dikumpulkan, kemudian dikreasikan kembali dengan proses kreatif, dan akhirnya menghasilkan suatu karya yang berbeda dari pakaian penyusunnya.
Maka dari itu, dengan berbagai faktor yang ada, pakaian hasil upcycle ini memang mempunyai keunikan tersendiri.
Jika melihat secara umum, bisa diketahui jika perbedaan yang mendasar dari recycle dan upcycle yakni dari alur pengolahan sampahnya.
Jika dalam proses recycle, material sampah misalnya kertas, kaca atau plastik mengalami perubahan bentuk. Kertas dihancurkan, lalu dilelehkan hingga menjadi bubur kertas, kemudian dikeringkan dan baru bisa digunakan.
Untuk plastik dan kaca ini lebih sulit lagi, sebab harus dikirim ke pabrik pengolahan supaya dihancurkan kemudian dilebur menjadi bahan mentah dari barang jadi.
Lain halnya dengan recycle, proses upcycle bisa dikatakan proses produksinya yang lebih simpel. Upcycle hanya perlu kreativitas untuk memperbaiki ulang suatu barang tidak terpakai.
Contohnya ranting kering yang ada di pekarangan, dibandingkan dibakar yang merusak udara, lebih baik ranting masih dapat dijadikan frame foto atau gantungan untuk aksesoris.
Pemanfaatan limbah fashion bisa dilakukan dengan beberapa cara berdasarkan jenis bahannya.
Tiap jenis bahan atau kain mempunyai karakteristik yang berbeda, maka dari itu produk yang dapat dihasilkan dari tiap jenis kain juga berbeda.
Kain perca yang terbuat dengan teknik patchwork dan quilting adalah salah satu contoh hasil recycle produk fashion. Teknik patchwork yaitu menggabungkan potongan kain yang mempunyai warna dan motif berbeda menjadi suatu bentuk baru.
Di sisi lain, teknik quilting yakni menggabungkan kain dengan cara menjahit menggunakan teknik tusuk tindas yang mengikuti gambar yang ada di kain tersebut.
Berbeda dengan contoh recycle, produk yang dapat dihasilkan dari upcycle fashion bisa terbagi menjadi 2 jenis produk, yakni benda hias dan benda pakai.
Benda hias yaitu produk yang lebih menonjolkan keindahan dibandingkan fungsi, misalnya hiasan dinding dan boneka.
Sedangkan, benda pakai merupakan produk yang lebih menonjolkan fungsi dibandingkan keindahan, misalnya keset, kain pel, ataupun taplak meja.
Produk fashion yang mungkin sudah tidak terpakai atau dianggap tidak berguna, dapat dikreasikan agar bernilai ekonomis. Contohnya seperti beberapa desainer pakaian yang memanfaatkan kain perca denim untuk dibuat mode pakaian terbaru.
Itulah beberapa informasi mengenai perbedaan upcycling vs recycling yang bisa pelajari. Baik upcycle maupun recycle merupakan kegiatan yang baik dalam membuat lingkungan lebih terjaga dan bermanfaat.