Hyundai Motorstudio Senayan Park
Dari hari ke hari, dampak pemanasan global di bidang ekologi sangat mengkhawatirkan. Iklim semakin memanas dapat mengubah kondisi lingkungan sekitar. Di lautan, suhu air menjadi panas dan lebih asam. Sedangkan, di darat, suhu juga lebih panas, sehingga menurunkan kualitas tanah dan air tawar.
Bisa dikatakan, di berbagai tempat, lingkungan berubah begitu cepat. Sejumlah hewan dan tumbuhan bahkan tidak bisa bertahan dan mati. Inilah yang menjadi dampak pemanasan global di bidang ekologi yang berbahaya bagi seluruh sistem ekologi atau ekosistem.
Di bawah ini adalah beberapa dampak pemanasan global di bidang ekologi. Mari kita pelajari satu per satu!
Naiknya suhu bumi menyebabkan perubahan dalam ekosistem. Entah itu, memperluas atau mempersempit jangkauan geografis jenis habitat tertentu.
Misalnya, studi tentang kupu-kupu Eropa ditemukan bahwa populasinya sudah bergeser ke sisi utara sejauh 114 km antara tahun 1990-2008 karena pemanasan global dan perluasan habitat yang lebih cocok. Terkadang, perubahan habitat satwa akan mempengaruhi jumlah populasinya. Hewan yang populasinya turun drastis, maka diprediksi akan punak.
Pemanasan global atau perubahan suhu sedikit saja, dapat menyebabkan musim semi atau musim gugur datang lebih cepat. Akibatnya, mengganggu ketersediaan air, makanan, serta kesehatan populasi hewan.
Seperti yang dijelaskan, jika suhu terus meningkat banyak satwa yang tidak bisa berkembang biak di habitat aslinya. Ilmuwan memperkirakan 8% hewan saat ini akan punah karena perubahan iklim.
Di dekat khatulistiwa, wilayah dengan keanekaragaman hayati tertinggi di Bumi, banyak spesies yang punah karena tidak bisa beradaptasi dengan kenaikan suhu. Ikan karang misalnya, hanya bisa hidup di perairan hangat. Mereka akan mati jika air laut semakin panas.
Diperkirakan pada tahun 2070 hampir 20% spesies tanaman tropis tidak akan bertunas karena suhu sudah ada di luar batas maksimalnya.
Dampak pemanasan global di bidang ekologi lainnya adalah kebakaran hutan yang sangat sering terjadi. Kondisi suhu yang panas dan kering, membuat daun kering di hutan mudah terbakar.
Di Amerika Serikat sisi barat, kenaikan suhu 1°C meningkatkan potensi kebakaran hutan hingga 600%. Membakar habis satwa dan tanaman spesies lokal yang ada di jalur kebakaran.
Bahkan, sempat terjadi kebakaran hutan di Australia pada 2019-2020. Kebakaran tersebut menghanguskan 25 juta hektar hutan dan sekitar 1 miliar hewan. Banyak hewan yang mati dalam kebakaran ini dan menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan ekosistem unik di Australia.
Para ilmuwan melihat dampak pemanasan global di bidang ekologi dengan peristiwa cuaca ekstrim. Misalnya, pada 2019, gelombang panas melanda Cairns, Australia.
Menyebabkan sepertiga rubang terbang berkacamata mati hanya dalam 2 hari. Hal ini disebabkan, suhu naik menjadi 42 °C. Hewan kebanyakan tidak bisa bertahan dari suhu ekstrim akibat pemanasan global.
Intensitas badai tropis dan angin topan juga meningkat karena suhu permukaan laut yang lebih hangat. Ketika diterpa badai, hewan dan tanaman banyak yang mati. Banjir dan angin badai berdampak pada ekosistem. Sebab, mengganggu nutrisi dan keseimbangan pertumbuhan tanaman.
Naiknya air laut menggusur ratusan ribu orang di sepanjang pantai dan menyebabkan hilangnya ekosistem lahan basah. Pada tahun 2080 sebanyak 22% dari lahan basah di seluruh dunia, terancam hilang karena kenaikan permukaan laut.
Pesisir Louisiana, AS, yang memiliki lebih dari dua juta hektar lahan basah, kehilangan sekitar satu lapangan sepak bola tanah setiap 45 menit. Ekosistem lahan basah melindungi garis pantai dari banjir dan menyimpan karbon tiga kali lebih banyak daripada hutan. Hal ini sangat penting untuk mengurangi perubahan iklim.
Hilangnya lahan basah pantai akibat pemanasan global, akan mengancam beragam spesies tumbuhan dan hewan yang hidup di dalamnya, dan berdampak pada ekonomi perikanan yang bergantung pada kehidupan laut.
Karang yang sehat di Great Barrier Reef Australia berwarna coklat dan hijau, sedangkan karang yang memutih dan rusak akibat pemanasan suhu laut berwarna putih.
Studi memperkirakan bahwa sepertiga hingga setengah dari karang di dunia telah hilang, sebagian karena pemanasan laut. Ketika suhu laut rata-rata naik hanya 1°C, karang menjadi stres dan mengusir alga simbiosis yang bertindak sebagai nutrisi. Mengakibatkan munculnya karang putih atau pemutihan karang.
Meskipun terumbu karang menutupi kurang dari 1% dasar laut, namun karang telah mendukung sekitar 25% kehidupan laut. Hilangnya terumbu karang mengancam ekosistem laut yang bergantung pada terumbu karang sebagai tempat pembibitan ikan dan spesies laut lainnya.
Benua Antartika telah mencair 3x lipat lebih banyak ketimbang 25 tahun lalu. Triliunan ton es mencair dari lapisan es Greenland per tahun karena pemanasan global.
Perubahan iklim membuat suhu di wilayah kutub lebih hangat, sehingga ada beberapa spesies hewan yang terganggu, seperti karibu dan beruang kutub Utara.
Selain itu, di kutub selatan, pemanasan global mengubah penyebaran koloni hewan pinguin serta munculnya tanaman spesies baru.
Pemanasan global membuat cuaca dan iklim di sejumlah daerah tidak menentu. Terkadang hujan, berganti cerah dan panas dalam hitungan jam. Hal ini menyebabkan kondisi kesehatan manusia terganggu.
Tak hanya itu, munculnya jamur atau perkembangbiakan nyamuk dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Sistem imunitas tubuh makhluk hidup yang menurun akan lebih rentan terkena serangan penyakit musiman, seperti batuk, pilek, demam, dan penyakit kulit.
Demikian info terkait dampak pemanasan global di bidang ekologi. Dari ulasan di atas, semoga kita bisa mengambil inspirasi dan wawasan tentang bagaimana cara melestarikan keseimbangan ekologi agar menjaga kelangsungan dan kesehatan umat manusia.