Hyundai Motorstudio Senayan Park
Tahukah kamu gelas ramah lingkungan sebagai alternatif gelas plastik sekali sangat penting untuk mengurangi sampah plastik? Bagaimana tidak, dari penelitian yang dikutip laman Earth Day, hampir 500 miliar gelas plastik dipakai setiap tahun di seluruh dunia.
Sedihnya, sekitar 10 persen sampah gelas plastik berakhir di lautan. Diperkirakan ada 300 juta kantong plastik setiap tahun yang mengapung di Samudera Atlantik.
Di Indonesia sendiri, rata-rata satu coffee shop kecil menghabiskan 50 – 100 sedotan per hari. Tentunya, jumlah ini akan bertambah ketika pelanggan semakin banyak dan memilih order minuman takeaway.
Jika dari aktivitas sehari-hari, kita sulit melepaskan diri dari penggunaan plastik, lalu bagaimana kita bisa mengurangi sampah plastik di laut? Inilah saatnya, kita menerapkan gaya hidup berkelanjutan dengan memakai gelas ramah lingkungan.
Untungnya, empat mahasiswi ITB berinovasi membuat produk gelas ramah lingkungan, Kaia. Seperti apa dan bagaimana produk gelas ramah lingkungan karya anak bangsa tersebut? Mari simak ulasannya!
Tak bisa dipungkiri, populasi penduduk Indonesia yang sangat besar ikut menyumbang jumlah sampah plastik di dunia.
Bahkan, menurut laman Indonesia.go.id, tercatat pada 2020, Indonesia dapat menghasilkan lebih dari 185.000 ton setiap hari. Tak heran, Indonesia termasuk negara penghasil sampah plastik terbesar dunia.
Ditambah lagi, beberapa café, restoran, atau tempat kuliner masih menyediakan peralatan makan sekali pakai dari plastik biasa.
Berangkat dari masalah tersebut, empat mahasiswi School of Business and Management ITB yaitu Faya, Kamilia, Dian, dan Nadin membuat gelas ramah lingkungan sebagai pengganti gelas plastik, project Kaia.
Keberadaan sampah plastik yang bisa bertahan sampai ratusan tahun dan sulit terurai secara hayati sudah sangat mengkhawatirkan. Setiap tahun, hampir jutaan hewan laut mati karena menelan sampah plastik.
Sekalipun sudah ada banyak bahan alternatif untuk menggantikan peralatan makan sekali pakai, namun kesadaran masyarakat terhadap lingkungan masih minim.
Jarang ditemui orang yang membawa sendiri sendok atau gelas ramah lingkungan dari rumah. Karena itu, bisnis kuliner seperti restoran dan café tetap menjadi kunci utama untuk mengurangi sampah plastik dari peralatan makan sekali pakai.
Akan tetapi, muncul masalah baru jika bisnis kuliner memakai peralatan makan dari stainless steel atau gelas kaca. Sebab, selain biaya modal cukup besar, kemungkinan risiko hilang atau pecah juga tinggi.
Plus, bisnis kuliner perlu menambah biaya kebersihan dan tenaga kerja untuk mencuci peralatan makan seperti gelas kaca atau sendok stainless steel.
Dari kendala yang muncul, project Kaia muncul untuk menjawab kebutuhan pasar kuliner terhadap barang disposable. Kaia dapat menjadi alternatif yang menggantikan sedotan atau gelas plastik.
Sejumlah riset telah dilakukan, namun setelah berbagai pertimbangan bahan plastik ramah lingkungan seperti rumput laut atau kertas, Kaia memilih bahan Polyactic Acid (PLA) dengan sifat mirip seperti plastik akan tetapi mudah terurai secara hayati.
Sekilas saat menyentuh sedotan atau gelas Kaia, akan mirip seperti bahan plastik biasa. Namun, ternyata sedotan dan gelas ramah lingkungan dari Kaia, terbuat dari pati jagung.
Bahkan, sedotan dan gelas ramah lingkungan dari Kaia dapat terurai secara hayati dalam waktu 3-6 bulan saja. Padahal, plastik biasa membutuhkan waktu penguraian sampai 200 tahun!
Bila terkena suhu tinggi di atas 41 derajat Celcius, gelas ramah lingkungan ini akan mudah meleleh. Hebatnya lagi, ketika terurai, PLA dapat bertransformasi menjadi air atau gas karbon dioksida.
Tapi, tak perlu khawatir! Produk Kaia sudah bersertifikasi dan tidak menimbulkan asap berbahaya atau racun, sehingga aman bagi lingkungan.
Di awal merintis usaha, Project Kaia mengalami berbagai penolakan dan sikap skeptis pelanggan. Bahkan, dari semula 300-an café dan restoran di Bandung yang ditawari kerjasama, hanya 10 yang bersedia memberikan tanggapan.
Meski begitu, Kaia tidak menyerah, mereka berusaha mencoba strategi berbeda dengan memberikan edukasi dan kampanye peduli lingkungan di media sosial. Dari brand awareness yang dibangun inilah, strategi pasar mulai terlihat berhasil. Banyak pelaku bisnis yang tertarik memakai sedotan atau gelas ramah lingkungan dari Kaia.
Saat ini, sudah lebih dari 20 klien di bidang F&B yang bermitra dengan Kaia. Termasuk brand yang ternama di Indonesia, seperti Grand Hyatt Hotel, Filosofi Kopi, Stuja Coffee, dan masih banyak lagi.
Mengawali langkah di Jakarta dan Bandung, Project Kaia akan terus berkembang untuk menawarkan sedotan dan gelas ramah lingkungan di Indonesia.
Harapannya, masyarakat Indonesia benar-benar bisa meninggalkan plastik dan beralih ke alternatif bahan yang mudah terurai secara hayati, seperti bioplastik.
Kaia, sebagai pelopor produk PLA (bioplastik) di Indonesia, ingin mewujudkan impian Indonesia yang lebih berkelanjutan dan bebas sampah plastik.
Tentunya, mimpi ini bisa terwujud dengan dukungan berbagai pihak, termasuk industri F&B yang memakai sedotan dan gelas ramah lingkungan.
Tak berhenti di situ, Project Kaia juga mengedukasi mitra agar bisa mengelola sampah sedotan dan gelas Kaia agar lebih berkelanjutan. Ke depannya, Kaia akan mencoba memasuki pasar pariwisata agar siap beralih memakai produk ramah lingkungan untuk menggantikan gelas plastik sekali pakai.
Project Kaia juga bersedia menampung dan mengelola sampah bioplastik dari gelas atau sedotan PLA dari masyarakat atau klien. Bahkan, Kaia bernegosiasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup agar mau mendukung program yang dijalankan.
Gimana, kamu tertarik memakai produk sedotan dan gelas ramah lingkungan? Bisa untuk bisnis kuliner ataupun dipakai sendiri di rumah, lho! Silakan kontak Instagram Kaia.eco untuk info selengkapnya.