Hyundai Motorstudio Senayan Park
Plastik biodegradable dikenal kebanyakan orang sebagai jenis sampah plastik yang mudah terurai secara hayati. Bahan di dalam plastik biodegradable akan benar-benar hancur dalam kurun waktu kurang dari setahun, dan tidak meninggalkan residu atau jejak karbon apapun.
Namun, benarkah ada bahan plastik bio degradable yang bisa aman dibuang ke tanah? Jawabannya, ya! Jika plastik bio degradable dibuat dari bahan nabati, maka mikroorganisme seperti bakteri atau jamur akan mudah memakannya di dalam tanah.
Rupanya, terdapat banyak opsi bahan plastik bio degradable yang bisa dipertimbangkan. Itulah mengapa, kita akan mempelajari beberapa daftar bahan di dalam plastik biodegradable terbaik di bawah ini:
Plastik bio degradable umumnya dibuat dari pati singkong yang dikenal sebagai tepung tapioka. Setelah diambil sari atau patinya, ampas singkong dapat digunakan untuk pupuk organik atau pakan ternak.
Pati singkong menjadi bahan di dalam plastik bio degradable yang umum ditemui, bahkan bisa dibuat sendiri di rumah.
Selanjutnya, plastik biodegradable juga bisa dibuat dari biji durian. Setelah makan durian, bijinya hanya dibuang ke tempat sampah. Padahal, biji durian mengandung 44% pati untuk membuat plastik bio degradable.
Bahkan, kandungan pati pada biji durian jauh melebihi pati singkong atau pati ubi jalar.
Beberapa orang menganggap kulit udang hanya sampah atau limbah. Namun, jika di tangan yang tepat, kulit udang bisa dijadikan bahan di dalam plastik bio degradable. Diketahui, mulai dari kulit, kepala, hingga ekor udang mengandung berbagai senyawa protein yang bernutrisi. Selain itu, terdapat senyawa kimia seperti kitosan, kitin, kalsium karbamat, lemak, air, dan sebagainya.
Senyawa kitosan dalam kulit udang inilah yang bisa diolah menjadi bahan plastik bio degradable.
Bambu adalah alternatif yang bagus untuk membuat plastik bio degradable. Bisa di tanam di berbagai iklim, tumbuh cepat, dan menjaga kesuburan tanah di sekitarnya.
Bahan bambu dapat dijadikan tisu basah, sikat gigi, hingga peralatan makan, barang pecah belah, dan kemasan plastik biodegradable.
Kayu adalah salah satu bahan baku hampir di setiap industri. Mulai dari furniture, perahu, sampai kemasan plastik bio degradable. Sebagai tanaman yang tumbuh alami, kayu bisa terurai secara hayati. Selain itu, kayu dapat menyerap emisi karbon selama proses pertumbuhannya.
Saat ini banyak dijumpai bahan di dalam plastik bio degradable terbuat dari serat kayu, seperti popok sekali pakai dan peralatan makan.
Bahan di dalam plastik bio degradable berikutnya adalah daun aren. Biasanya, hanya menjadi sampah pertanian yang secara alami jatuh dari pohon-pohon palem di perkebunan.
Daun aren yang mengering akan dikumpulkan dan dijadikan bahan bakar memasak tungku tradisional. Akan tetapi, rupanya daun aren dapat diolah dan dibentuk sebagai peralatan makan yang biodegradable.
Plastik bio degradable berbahan daun aren dipakai untuk membuat piring, mangkuk, atau cangkir sekali pakai. Kafe, restoran, atau rumah makan yang ingin mendukung konsep keberlanjutan dapat memilih peralatan makan plastik bio degradable.
Mungkin orang awam jarang mendengar bahwa biji alpukat dapat menjadi bahan plastik biodegradable. Biofase adalah plastik bio degradable yang terbuat dari biji alpukat. Tentunya, ketika dibuang, plastik bio degradable dari biji alpukat dapat terurai secara hayati dan menjadi pupuk kompos.
Biofase umumnya digunakan sebagai sedotan, peralatan makan, atau wadah makanan sebagai alternatif ramah lingkungan yang menggantikan bahan plastik kimia.
Satu lagi bahan di dalam plastik biodegradable, yaitu serat jamur. Miselium adalah struktur akar serat jamur yang dipakai sebagai bahan plastik bio degradable.
Miselium akan ditanam di dalam cetakan sebagai produk sampingan pertanian dan limbah batang jagung. Ketika sudah siap panen, miselium akan dipanggang untuk mematikan jamur. Selanjutnya, miselium diolah menjadi bahan plastik bio degradable yang tahan lama, serbaguna, bahkan edible atau bisa dimakan.
Berasal dari serat jamur, bahan plastik bio degradable dari serat jamur dapat terurai secara hayati dan mengurangi limbah pertanian. Miselium biasanya dijadikan bahan alternatif bubblewrap, kemasan styrofoam, atau kotak pendingin. Semua bahan ini dirancang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Bahan selanjutnya untuk membuat plastik biodegradable adalah rumput laut. Inovasi ini hadir dari ilmuwan dari Prancis Utara. Sebelumnya, rumput laut akan dijemur sampai kering, lalu digiling menjadi serbuk rumput laut.
Kemudian, serbuk rumput laut dapat dibuat menjadi berbagai bentuk yang diinginkan, seperti sendok, garpu, piring, atau gelas sekali pakai. Bahan rumput laut dapat terurai secara hayati dalam waktu 5-6 minggu.
Inovasi yang tak kalah kreatif lainnya datang dari ilmuwan di Harvard University. Mereka membuat plastik biodegradable yang terbuat dari cangkang artrhopoda. Yang dimaksud dengan arthropoda adalah hewan yang biasa ditemukan di laut, air tawar, maupun darat dan udara. Contohnya seperti serangga, udang, lipan, dan lainnya.
Universitas Pertanian Atom Bhabha, Mumbai, membuat inovasi plastik biodegradable terbuat dari beras. Setelah dipakai, plastik bio degradable yang dibuang atau terkubur di dalam tanah, secara otomatis dapat terurai secara hayati menjadi kompos, yang bisa dipakai sebagai pupuk tanaman.
Meski terbuat dari beras, plastik bio degradable yang dihasilkan cukup kokoh, ringan, dan kuat. Dapat dijadikan tas atau kantong plastik bio degradable yang bisa membawa makanan panas, buah-buahan, sayuran, dan lainnya.
Kesimpulannya, ternyata masih ada banyak inovasi bahan-bahan plastik biodegradable yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Harapannya, inovasi bahan plastik bio degradable tidak hanya berhenti di daftar ini saja. Melainkan, akan terus bermunculan inovasi hebat lainnya dari bahan-bahan berkelanjutan dan terbarukan.
Semoga artikel ini membantumu menemukan alternatif plastik bio degradable terbaik ketika membeli produk ramah lingkungan.