Hyundai Motorstudio Senayan Park
Siapapun tak bisa memungkiri bahwa teknologi telah membawa kemajuan dalam kehidupan manusia. Namun, hampir semua hal pasti memiliki dua sisi, kan? Sisi positif dan negatif.
Meskipun, teknologi telah memberikan manfaat dan mempermudah kegiatan manusia. Akan tetapi, ada beberapa dampak negatif teknologi terhadap lingkungan.
Sejak revolusi industri dimulai, berbagai penemuan teknologi ditemukan. Mulai dari kereta api, hingga listrik. Semuanya masih menggunakan energi tidak terbarukan seperti batu bara dan minyak bumi.
Lantas, apa dampak teknologi tidak ramah lingkungan? Di artikel ini kita akan membahas lebih lengkap.
Pada dasarnya, hampir setiap kegiatan industri dan teknologinya akan memberikan dampak positif dan negatif.
Terlebih lagi, sejak periode 1760 hingga 1840 ketika revolusi industri di Eropa dan Amerika Serikat. Industrialisasi membawa teknologi baru dengan dampak yang membahayakan dan mengancam kelestarian planet bumi.
Teknologi tidak ramah lingkungan memberikan dampak negatif dalam dua cara, yaitu pencemaran lingkungan dan mempercepat kepunahan sumber daya alam.
Berikut adalah beberapa dampak teknologi tidak ramah lingkungan:
Polusi dan pencemaran udara terjadi ketika emisi karbon atau gas beracun terjebak di lapisan atmosfer.
Gas berbahaya tersebut di antaranya seperti: karbon dioksida, karbon monoksida, sulfur dioksida, oksida nitrat dan metana.
Pencemaran udara dan air yang berkaitan dengan teknologi muncul akibat kegiatan industri, antara lain: pembakaran bahan bakar fosil, cerobong asap pabrik, pembangkit listrik tidak terbarukan, pertanian massal, dan asap kendaraan.
Selain itu, pencemaran udara sebagai dampak teknologi tidak ramah lingkungan juga mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan. Ditambah lagi, ancaman pemanasan global, di mana suhu panas yang terjebak di atmosfer bumi menyebabkan suhu bumi meningkat.
Dampak lain dari teknologi tidak ramah lingkungan adalah pencemaran air yang terjadi di danau, sungai, lautan, dan air tanah. Biasanya, karena kegiatan manusia.
Beberapa pencemaran air akibat limbah domestik, limbah industri, dan insektisida, dan pestisida.
Jika limbah pabrik tidak diolah dan dibuang ke sungai, dapat mencemari ekosistem perairan. Bahkan, merugikan masyarakat di sekitar kawasan perairan. Pencemaran air menyebabkan penyakit seperti tifus dan kolera.
Sumber daya alam seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam bisa habis kapan saja karena keterbatasan jumlah di alam bebas.
Bila teknologi tidak ramah lingkungan terus dijalankan, maka konsumsi sumber daya alam akan cepat habis karena tidak bisa terbarukan.
Contoh teknologi tidak ramah lingkungan seperti pertanian dengan membakar lahan, pertambangan, penggunaan air, dan konsumsi bahan bakar fosil.
Setelah memahami beberapa dampak teknologi tidak ramah lingkungan, sekarang kita akan fokus pada dampak positif teknologi terhadap lingkungan. Berikut di antaranya:
Energi terbarukan, juga dikenal sebagai 'energi bersih', adalah energi yang diperoleh dari sumber daya terbarukan yang bisa diperbarui secara alami seperti sinar matahari, angin, hujan, pasang surut, gelombang, dan panas bumi.
Teknologi lingkungan modern telah memungkinkan kita untuk menangkap energi alami ini dan mengubahnya menjadi listrik.
Melalui panel surya, turbin angin dan air, teknologi dapat dimanfaatkan secara positif dan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Teknologi rumah pintar menggunakan perangkat sensor yang terhubung ke Internet of Things (IoT). Sehingga, konsumsi energi dapat dihemat secara otomatis.
Misalnya, lampu dapat menyala atau padam otomatis jika mendeteksi keberadaan manusia di sekitar ruangan. Selain itu, Internet of Things (IoT) dapat mengumpulkan data menggunakan teknologi sensor.
Data ini dapat 'membuat keputusan' secara mandiri secara real-time. Misalnya, sistem penerangan rumah cerdas hanya menyala ketika dibutuhkan, atau pengatur suhu ruangan hanya menyala di jam tertentu, sehingga menghemat energi listrik.
Teknologi ramah lingkungan selanjutnya adalah kendaraan listrik yang menggunakan baterai isi ulang. Sejak 2008, pembuatan kendaraan listrik semakin meningkat. Terutama, didukung kesadaran masyarakat untuk mengurangi pemanasan global.
Kendaraan listrik menunjukkan dampak positif teknologi terhadap lingkungan karena tidak menghasilkan emisi karbon, yang menyebabkan pemanasan global.
Di sisi lain, mobil listrik tidak mencemari udara, yang berarti lebih bersih dan aman bagi kesehatan.
Teknologi lingkungan di masa sekarang semakin ambisius. Ide untuk mengurangi emisi karbon langsung di atmosfer telah diungkapkan peneliti. Namun, saat ini masih dalam tahap awal penelitian dan pengembangan.
Teknologi tersebut dikenal sebagai 'Direct Air Capture' (DAC). Jadi, Direct Air Capture adalah suatu metode untuk menangkap karbon dioksida langsung dari udara sekitar dan menghasilkan aliran terkonsentrasi CO2 untuk penyerapan atau pemanfaatannya.
Bagaimana caranya? Konsepnya adalah menghilangkan CO2 dengan menghembuskan udara melalui filter kipas angin raksasa. Diperkirakan teknologi ini bisa dipakai untuk mengelola emisi dari asap kendaraan. Program 'Direct Air Capture' skala penuh mampu menyerap emisi karbon setara dengan emisi tahunan rata-rata dari 250.000 mobil.
Meskipun banyak yang berpendapat bahwa teknologi lingkungan akan sangat penting mengurangi dampak teknologi tidak ramah lingkungan dan perubahan iklim. Sayangnya, biaya operasionalnya masih cukup besar.
Di samping itu, kalau teknologi lingkungan dijalankan, banyak orang yang ketergantungan pada teknologi tersebut. Sehingga, menganggap sudah tidak perlu lagi menjalankan program pengurangan emisi karbon lainnya secara berkelanjutan.
Mungkin, industrialisasi menimbulkan dampak negatif dari teknologi tidak ramah lingkungan. Akan tetapi, teknologi energi terbarukan yang dikombinasi dengan teknologi cerdas seperti mobil listrik dapat berpotensi mencegah dampak kerusakan lingkungan lebih lanjut.
Mari mengawali langkah pengurangan emisi karbon dimulai dari diri sendiri dan lingkup keluarga kita!