Hyundai Motorstudio Senayan Park
Tiap komponen mobil perlu diperiksa berkala, tapi tak ada yang lebih penting dibanding mengganti oli. Telat ganti oli mobil sama saja merusak mesin yang bisa berujung pada turun mesin, bahkan overhaul.
Ganti oli bukan tugas yang sulit, bahkan bisa dilakukan secara mandiri. Rutin mengganti oli termasuk jenis perawatan penting agar mesin tetap optimal, dan ini bergantung pada frekuensi pemakaian mobil. Lalai mengganti oli akan memberi dampak negatif pada mobil.
Saat mengganti oli, oli kotor dan keruh akan dikeluarkan dari mesin lalu diganti dengan oli yang baru. Pada beberapa kasus, filter oli juga harus ikut diganti bersamaan.
Ada konsekuensi negatif jika telat mengganti oli, terutama pada komponen mesin. Selain merusak mesin, kerugian lain yang mungkin terjadi seperti boros bahan bakar, mesin bergetar, menurunkan harga, dan lainnya.
Abai dalam mengganti oli mobil bisa memicu kerusakan serius pada mesin. Oli merupakan pelumas yang mencegah gesekan antar komponen dalam mesin. Gesekan kemudian memicu aus lalu meningkatkan suhu mesin, dan oli berperan sebagai pendingin.
Tapi seiring waktu oli kehilangan kekentalannya dan fungsinya sebagai pendingin, itu sebabnya oli perlu diganti. Semisal abai mengganti oli, komponen dalam mesin sangat mungkin mengalami kerusakan.
Jika sampai mesin rusak, solusinya yaitu ganti mesin, dan itu sama saja dengan ganti mobil baru.
Baca Juga: 9 Manfaat Oli Bekas yang Ternyata Menguntungkan
Terlepas apakah mesin mobil mengalami rusak parah atau sekedar aus, ada konsekuensi penurunan harga lebih parah saat mobil akan dijual.
Bahkan jika mesin kembali normal setelah perbaikan, harga jual tetap tak akan sebaik saat mesin masih normal. Ada stigma negatif jika mesin mobil sudah pernah ‘dioprek’ atau bahkan sudah diganti.
Imbas telat ganti oli mobil tak hanya merusak mesin, bahkan membatalkan klaim garansi. Terutama saat membeli mobil yang disertai garansi dealer atau pabrikan, jangan berharap bisa mengklaim garansi tersebut jika telat mengganti oli.
Mayoritas garansi hanya akan mengcover kerusakan yang bersifat ‘alami’, bukan karena kelalaian pemilik saat mengganti oli. Karena ganti oli merupakan keharusan, tidak melakukannya secara reguler berarti membatalkan garansi.
Begitu oli mulai kotor, ini akan berimbas negatif ke performa mesin. Meski penurunan performa tak langsung terasa, tapi konsekuensinya bisa mempengaruhi kendaraan secara umum.
Perputaran mesin dipengaruhi oleh tingkat kekentalan oli. Semisal oli kotor, putaran mesin menjadi sedikit lambat sehingga laju kendaraan tak akan sebaik sebelumnya. Mesin tak mampu menghasilkan kinerja seperti sebelumnya sehingga lebih lamban.
Karena oli menurun kualitasnya, komponen dalam mesin tak mendapat perlindungan ideal dari gesekan. Hasilnya, mesin mengeluarkan suara berisik disertai getaran yang kadang terasa hingga dalam kabin.
Situasi seperti ini sering terjadi pada mobil tua, meski beberapa mobil yang lebih modern kadang mengalami kondisi serupa.
Saat putaran mesin menjadi lebih lambat, dibutuhkan lebih banyak konsumsi bahan bakar untuk memproduksi tenaga yang sama. Hasilnya, mobil menjadi lebih boros bahan bakar.
Itu berarti, konsumsi bahan bakar akan meningkat sehingga dibutuhkan lebih banyak anggaran untuk bahan bakar daripada yang seharusnya.
Baca Juga: 7 Bahan Bakar Ramah Lingkungan, Penyelamat Ekosistem Berkelanjutan
Termasuk salah satu komponen paling terdampak karena telat ganti oli mobil yaitu gasket. Semisal gasket pecah, mobil akan berhenti di jalan dan mesin tak bisa dinyalakan lagi.
Memperbaiki gasket rusak tak akan pernah murah, dan ini bergantung pada umur dan model mesin. Pada kasus yang umum, diperlukan satu blok mesin penuh daripada mengganti komponen gasket.
Di antara fungsi oli yaitu mendinginkan mesin. Tapi karena panas tak bisa dibuang sebab hilangnya lubrikasi, sesama komponen mesin akan mulai beradu, menindih, dan saling menekan satu sama lain. Hasilnya, komponen mesin menjadi bengkok.
Kondisi ini biasa disebut ‘ngejim’ atau ‘gancet’, dan solusinya tak mudah: mengganti satu blok mesin utuh!
Secara umum, sangat disarankan mengganti oli tiap 3,000 hingga 5,000 km. Tapi seberapa sering harus ganti oli mobil akan bergantung pada jenis mesin, tahun pembuatan, model, dan faktor spesifik lain.
Mayoritas mobil saat ini sudah dilengkapi dengan indikator tekanan oli, jadi tak perlu lagi mengingat kapan terakhir kali ganti oli. Tapi semakin tinggi frekuensi pemakaian mobil, semakin cepat oli harus diganti. Indikator bisa menjadi petunjuk kapan oli sebaiknya diganti.
Tak ada sisi positif yang didapat jika telat mengganti oli, dan solusinya pun tak banyak. Yang pertama dan utama, segera ke bengkel untuk mendapatkan analisa semisal ada komponen yang terpengaruh.
Jika memang kondisi mesin belum parah, mengganti oli dengan yang baru masih mungkin dilakukan. Tapi berbeda jika komponen sudah aus, penggantian mungkin perlu dilakukan.
Kerusakan mesin karena telat ganti oli bisa ditandai dengan kepulan asap gelap yang keluar dari knalpot. Tanda ini akan semakin jelas terlihat jika knalpot tak pernah mengepulkan asap sebelumnya.
Mengganti satu atau dua komponen mungkin tak akan cukup menghidupkan mesin kembali. Kemungkinan terburuk yaitu harus mengganti satu blok mesin, dan itu sama saja dengan membeli mobil baru lagi.
Singkatnya, mengganti oli termasuk servis paling ringan dalam merawat mobil tapi tak boleh ditinggalkan karena konsekuensi yang ditimbulkan sangat parah. Terlepas apakah memakai oli sintetis atau oli mineral, keduanya sama-sama ideal memberi perlindungan pada mesin.