Hyundai Motorstudio Senayan Park
Tahukah kamu apa itu bahan bakar nabati? Sesuai namanya, bahan bakar nabati memang dihasilkan dari bahan organik, seperti ganggang, kotoran hewan, atau jenis tanaman tertentu. Nama lain dari bahan bakar nabati adalah biofuel.
Berbeda dengan bahan bakar fosil yang akan habis dan punah, bahan bakar nabati bisa diperbarui atau dibuat kembali. Oleh sebab itu, bahan bakar nabati termasuk sumber energi terbarukan.
Mari kita pahami lebih dalam tentang definisi, kelebihan, serta contoh bahan bakar nabati di artikel ini!
Jadi, bahan bakar nabati adalah semua sumber bahan bakar yang dibuat dari bahan organik. Tetapi, sebenarnya ada perbedaan antara biofuel primer dan biofuel sekunder berdasarkan proses produksinya.
1. Biofuel Primer
Pengertian biofuel primer adalah bahan organik yang dipakai tanpa pengolahan terlebih dulu. Misalnya, kayu, pelet, serpihan kayu, serbuk gergaji, dan lainnya.
2. Biofuel sekunder
Sedangkan, biofuel sekunder adalah bahan bakar organik yang dipakai untuk menghasilkan energi, namun setelah mengalami proses tertentu. Misalnya, biodiesel dan bioetanol. Biofuel sekunder banyak dipakai untuk keperluan pembangkit listrik dan industri.
Daripada hanya mengandalkan bahan bakar fosil, sudah seharusnya kita beralih ke bahan bakar nabati yang lebih berkelanjutan.
Adapun beberapa kelebihan bahan bakar nabati adalah berikut:
Sudah sedikit dijelaskan, bahwa bahan bakar fosil adalah sumber energi yang terbatas dan pada akhirnya akan habis. Sedangkan, bahan bakar nabati adalah energi yang terbarukan dan bisa dibuat lagi dari bahan organik.
Kelebihan bahan bakar nabati lainnya adalah mampu mengurangi emisi karbon. Bahan organik yang berasal dari tanaman dapat menyerap karbon dan tidak melepaskan emisi karbon seperti bahan bakar fosil.
Memproduksi bahan bakar nabati lebih murah daripada memproduksi bensin. Jadi, dapat memangkas pengeluaran di industri transportasi. Terlebih lagi, harga bahan bakar bensin terkadang naik drastis. Karena, lebih berkelanjutan, harga bahan bakar nabati cenderung stabil.
Jika dibandingkan bahan bakar fosil, bioetanol dan biodiesel jauh lebih efisien. Sebab, mengandung konsentrasi bahan kimia yang lebih sedikit.
Kelebihan lain dari bahan bakar nabati adalah dapat diproduksi secara lokal. Hal ini penting untuk membuka lapangan kerja di wilayah yang sama, sehingga mengurangi emisi karbon transportasi sekaligus menghemat biaya distribusi bahan bakar.
Kita juga perlu mengenali apa saja kelemahan dari bahan bakar nabati, di bawah ini:
Untuk menghasilkan biofuel primer seperti kayu atau serbuk gergaji, dibutuhkan banyak pohon dan sumber daya alam.
Minyak yang dibutuhkan untuk membuat biodiesel seringkali berasal dari habitat asli, seperti hutan hujan atau hutan lindung. Jika dilakukan terus-menerus dapat mengancam populasi hewan dan merusak ekosistem hutan.
Bahan bakar nabati tidak cocok untuk semua jenis kendaraan. Di Inggris, misalnya, hampir semua kendaraan tidak didukung untuk 100% campuran bahan bakar nabati.
Selain itu, biodiesel tidak cocok digunakan dalam industri penerbangan. Sebab, stabilitas oksidatifnya yang buruk dan titik beku yang tinggi.
Ketika biofuel primer dibakar (kayu) untuk menghasilkan panas (seperti yang paling sering terjadi di negara berkembang), akan menghasilkan emisi karbon dalam jumlah yang lebih besar daripada bentuk pemanasan lainnya.
Seperti yang ditunjukkan di atas, ada kelebihan dan kekurangan lingkungan terkait pemakaian bahan bakar nabati.
Meskipun, bahan bakar nabati menawarkan berbagai manfaat ramah lingkungan bagi planet kita, ternyata juga ada beberapa konsekuensi merugikan yang perlu dicari solusinya. Kenali contoh bahan bakar nabati yang ada di pasaran saat ini.
Adapun contoh bahan bakar nabati adalah sebagai berikut:
Pada bulan Maret 2020, pemerintah Inggris mengumumkan akan mengganti opsi bioetanol saat ini dengan E10.
Seperti namanya, E10 mengandung campuran 10% bioetanol dan 90% bensin. E10 diyakini dapat mengurangi emisi karbon sebesar 2%.
Menurut pemerintah Inggris, penggantian bioetanol lama dengan E10 di seluruh negeri akan menghasilkan pengurangan emisi karbon setara dengan rata-rata 350.000 kendaraan.
Satu-satunya kelemahan dari strategi ini adalah bahwa semua mobil yang dibuat sebelum 2011 mungkin tidak dapat mendukung bahan bakar nabati jenis E10. Sebab, faktanya bahan bakar tersebut akan meninggalkan residu di mesin dan menyebabkan penyumbatan sistem kendaraan.
Mungkin sebagian masyarakat masih mempertimbangkan beralih ke E10, akan tetapi waktu terus berjalan. Para pengemudi disarankan beralih ke bensin super tanpa timbal agar mengurangi emisi karbon. Sayangnya, harganya sangat mahal, sedangkan E10 lebih murah.
Bagaimanapun, perdebatan tentang bioetanol dan biodiesel yang digunakan dalam industri transportasi harus segera diakhiri. Sebab, pada 2035 penjualan mobil bensin, diesel, dan hibrida akan dibatasi.
Contoh bahan bakar nabati selanjutnya adalah biodiesel yang selama ini masih menjadi alternatif untuk solar kendaraan. Akan tetapi, di negara maju seperti Inggris, biodiesel hanya tersedia dalam bentuk campuran.
Pasalnya, tidak banyak produsen otomotif yang merekomendasikan mesin kendaraan diisi 100% biodiesel. Seperti yang dijelaskan di atas, biodiesel bukanlah pengganti yang layak untuk mesin jet atau transportasi udara lainnya.
Sebagai alternatif bahan bakar pesawat terbang dengan mesin turbin, pemerintah menyediakan bahan bakar nabati seperti Jet-Biofuel, J100, bioavtur, dan biojet.
Bahan bakar terbarukan ini bisa diperbarui karena terbuat dari teknologi ramah lingkungan serta menggunakan bahan baku seperti minyak kelapa sawit mentah yang bisa dibudidayakan di lahan perkebunan.
Selama ini, bahan bakar nabati telah berperan penting untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang diprediksi segera habis pada 2050. Bahkan, secara global bahan bakar nabati telah memasok 70% energi terbarukan.
Di masa depan, bahan bakar nabati akan terus dikembangkan agar menjadi bahan bakar ramah lingkungan yang memasok jaringan listrik, industri, dan transportasi.