Hyundai Motorstudio Senayan Park
Dengan memanfaatkan kembali sampah organik hasil rumah tangga, polusi dapat dicegah. Selain diolah menjadi kompos, satu cara lain pemanfaatan limbah organik yaitu eco enzyme. Tapi, apa itu eco enzyme dan apa manfaatnya?
Eco enzyme memang tak sepopuler kompos, tapi manfaatnya justru lebih beragam. Sama-sama terbuat dari limbah organik, kompos hanya bisa dimanfaatkan secara terbatas sebagai pupuk organik, sementara eco enzyme menawarkan lebih banyak manfaat lagi.
Lewat ragam manfaat yang ditawarkan, sebenarnya apa itu eco enzyme dan seperti apa cara memanfaatkannya?
Memanfaatkan sampah organik termasuk langkah penting untuk mengurangi jumlah limbah organik. Sebagai gambaran, 60% sampah yang dihasilkan Indonesia berupa limbah organik.
Yang menjadi persoalan, hanya 7,5% yang benar-benar diolah, sementara sisa sampah seringnya hanya menumpuk, dibakar, dibiarkan, dan 69% berakhir di tempat pembuangan akhir. Ini tentu menghadirkan persoalan tersendiri karena kapasitas tempat pembuangan sangat terbatas.
Itulah sebabnya, kita sebagai makhluk yang juga tidak bisa jauh dari lingkungan tidak boleh membuang sampah sembarangan.
Sampah organik yang dibuang dapat memicu masalah seperti polusi gas yang mengancam kesehatan lingkungan dan siapa saja yang berada di dekatnya. Memproses sampah menjadi eco enzyme termasuk cara paling efektif guna mempromosikan kesehatan lingkungan.
Semisal dimaknai secara sederhana, eco enzyme merupakan cairan serbaguna hasil fermentasi sisa bahan organik. Karena dibuat dengan limbah organik, eco enzyme sering disebut ‘enzyme sampah’.
Karena merupakan hasil fermentasi, eco enzyme sering dimanfaatkan sebagai cairan desinfektan karena mengandung etanol dan asam asetat, dua unsur yang digunakan dalam cairan pembersih. Dua unsur ini dihasilkan dari proses metabolisme bakteri yang secara alami tersedia dalam sayur dan buah.
Fermentasi, atau respirasi anaerob, dilakukan oleh bakteri untuk mengambil energi dari karbohidrat dalam kondisi tanpa oksigen. Hasil fermentasi biasanya bergantung pada jenis bakteri yang digunakan.
Ragi dan beberapa tipe bakteri memproduksi alkohol dan asam asetat dari aktivitas mikroorganisme. Dalam proses memproduksi enzyme, hasilnya akan bergantung pada tipe organisme yang ada dalam sisa buah atau sayur. Begitu juga dengan kadar alkohol atau asam yang dihasilkan.
Limbah organik yang terurai dengan proses anaerob akan memicu terjadinya gas metana, yang merupakan unsur gas paling kuat dalam menahan panas, 30 kali lebih kuat daripada karbondioksida.
Baca Juga: Pengertian Limbah - Karakteristik, Jenis dan Contohnya
Metana merusak unsur yang ada di dalam oksigen sehingga berbahaya saat dihirup lalu masalah kesehatan dan lingkungan akan muncul. Itu sebabnya, penting untuk mengolah limbah organik sebelum mencapai tempat pembuangan akhir. Misalnya dengan mengolahnya menjadi eco enzyme.
Gagasan terkait eco enzyme dikeluarkan oleh dr. Rosukon Poomvanpong dari Thailand, yang merupakan sosok pendiri organisasi pertanian organik, yang merasa prihatin dengan banyaknya sampah organik yang dibiarkan membusuk.
Tujuan awalnya yaitu memanfaatkan limbah organik menjadi sesuatu yang menawarkan manfaat lebih banyak dibanding hanya menjadi kompos semata, seperti menjadi pembersih atau pestisida.
Mengolah sampah organik termasuk salah satu bentuk nyata dari penerapan prinsip 3R dengan memanfaatkan limbah sisa dapur sebagai bahan baku utama.
Sempat disebut di bagian awal, eco enzyme merupakan fermentasi sampah organik seperti buah dan sayur. Dua bahan baku utama ini kemudian dicampur dengan air dan gula jenis apa saja, tapi jauh baik jika memakai lebih banyak kulit buah seperti kulit jeruk agar aromanya tidak menusuk.
Semua bahan baku dicampur lalu ditempatkan dalam wadah tertutup hingga beberapa hari. Hasil fermentasi eco enzyme memiliki warna yang cenderung cokelat dengan aroma yang cukup kuat dan menusuk hidung, terlebih jika tak terbiasa dengan aroma fermentasi.
Saat digunakan, enzyme akan mengubah amonia menjadi asam nitrat (NO3) yang merupakan salah satu jenis nutrisi dan hormon alami yang diperlukan pohon untuk berkembang.
Selain memproduksi asam nitrat, eco enzyme menyediakan karbonat (CO3) hasil dari penyerapan karbondioksida. Senyawa ini sangat penting untuk ekosistem laut seperti tanaman dan satwa air.
Eco enzyme merupakan cairan multifungsi yang bisa dimanfaatkan di berbagai industri seperti peternakan, pertanian, bahkan rumah tangga. Manfaat lain yaitu sebagai cairan pembersih, pengusir serangga, pupuk, pestisida, dan banyak lainnya.
Cairan pembersih yang beredar memiliki kandungan kimia berbahaya seperti klorin, ammonia, nitrat, fosfat, dan lainnya. Efeknya jelas berbahaya bagi tubuh dan lingkungan.
Eco enzyme dapat digunakan sebagai pengganti deterjen, hanya saja tanpa buih. Sebagai cairan pembersih, eco enzyme penggunaannya dicampur dengan air biasa lalu dipakai untuk mencuci baju, sayur, buah, dan rumah.
Fermentasi menghasilkan alkohol dan senyawa asam tinggi, itu sebabnya eco enzyme sering dimanfaatkan sebagai disinfektan alami.
Eco enzyme bisa berkontribusi langsung terhadap menjaga lingkungan, khususnya pada ekosistem air. Misalnya untuk membersihkan air yang tercemar, 1 liter eco enzyme diklaim mampu memperbaiki kualitas air hingaa 1,000 liter.
Eco enzyme juga berguna dalam mengurangi karbon di atmosfer yang menyebabkan suhu meningkat. Berkurangnya karbon, berkurang juga suhu pemanasan global.
Jika kebetulan punya kebun, gunakan eco enzyme sebagai pupuk atau pestisida alami. Hampir serupa dengan kompos, tapi eco enzyme mampu menyuburkan tanah lebih cepat, menghilangkan hama, dan memperkuat rasa buah atau sayur.
Eco enzyme berguna untuk mempercepat proses reaksi kimia yang secara alami terjadi cukup lambat hanya dengan memanfaatkan sampah organik seperti buah dan sayuran.
Selain ampuh mengusir hama, eco enzyme juga efektif mengusir serangga atau hewan kecil lain seperti nyamuk, lalat, kecoa, nyamuk, dan lainnya. Untuk melakukannya, campurkan eco enzyme dengan air lalu semprotkan ke area yang diinginkan.