Hyundai Motorstudio Senayan Park
Pencemaran udara menjadi salah satu masalah lingkungan yang memprihatinkan. Indonesia, tepatnya ibukota Jakarta, sempat menduduki posisi kedua kualitas udara terburuk di dunia versi situs IQAir.
Seperti yang diketahui, makhluk hidup bernapas dengan udara. Jika udara tercemar gas beracun atau gas kimia berbahaya, akan sangat berdampak pada kesehatan, terutama bagi usia rentan seperti anak-anak dan usia lanjut.
Sama seperti air dan tanah, udara menjadi elemen penting menjaga kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup. Di artikel kali ini, kita akan memahami pengertian, serta dampak dan apa bahaya pencemaran udara bagi makhluk hidup. Simak sampai akhir artikelnya, ya!
Pencemaran udara adalah segala sesuatu yang membuat terjadinya perubahan fisik, kimia, atau biologis di udara. Dalam arti kata lain, pencemaran udara adalah terkontaminasinya udara oleh gas berbahaya, debu, atau asap yang dapat mempengaruhi tanaman, hewan, dan manusia secara drastis.
Ketidakseimbangan komposisi gas tertentu di udara dapat mengancam kelangsungan hidup manusia dan hewan. Contohnya seperti peningkatan suhu bumi, atau yang dikenal sebagai pemanasan global akibat pencemaran udara.
Menurut WHO (World Health Organization), setiap tahun pencemaran udara menyebabkan hampir 7 juta kematian di seluruh dunia. Sekitar 90% manusia saat ini menghirup udara yang sudah terkontaminasi polutan berbahaya.
Terdapat dampak dan ancaman bahaya dari pencemaran udara bagi lingkungan. Di antaranya:
Pencemaran udara mengakibatkan beberapa gangguan pernapasan dan penyakit jantung. Contohnya, kasus kanker paru-paru telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir.
Anak-anak yang tinggal di dekat daerah pencemaran udara lebih rentan asma dan pneumonia. Banyak orang meninggal setiap tahun akibat dampak langsung dan tidak langsung pencemaran udara.
Pencemaran udara juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan komposisi gas di udara. Hal inilah yang membuat suhu bumi meningkat. Peningkatan suhu bumi dikenal dengan istilah pemanasan global.
Dampak buruk dari pemanasan global sangat memprihatinkan. Mulai dari naiknya permukaan air laut akibat mencairnya gletser, hingga sejumlah kota terancam hilang dari peta karena terendam air laut.
Dampak dan bahaya lain dari pencemaran udara adalah hujan asam. Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara dapat melepaskan gas nitrogen oksida dan sulfur oksida yang berbahaya.
Tetesan air yang menyatu dengan gas berbahaya tersebut akan menjadi asam. Jika sampai terjadi hujan asam, maka dapat merusak ekosistem makhluk hidup.
Bila pencemaran udara tidak dapat dikendalikan, lama-kelamaan akan membuat lapisan ozon menipis. Hal ini disebabkan adanya pelepasan klorofluoro karbon, halon, dan hidroklorofuoro karbon yang dilepaskan ke atmosfer bumi.
Jika lapisan ozon menipis, dampaknya akan sangat fatal dan menghancurkan kehidupan di bumi. Sebab, lapisan ozon berfungsi sebagai perisai atau pelindung bumi dari sinar ultraviolet matahari yang berbahaya. Dalam intensitas tinggi, sinar ultraviolet matahari dapat menyebabkan kanker kulit dan kanker mata.
Efek pencemaran udara pada tubuh manusia sangat bervariasi. Hal ini bergantung pada jenis pencemaran udara, serta berapa lama tingkat paparan, serta faktor lainnya. Seperti riwayat kesehatan, usia, atau tingkat stres.
Dilihat dari kesehatan, sudah jelas bahwa pencemaran udara sangat berbahaya dan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat. Berikut beberapa jenis pencemaran udara yang berbahaya bagi kesehatan.
Jenis pencemaran udara yang paling umum berupa asap dan jelaga. Contohnya seperti asap pembakaran sampah di perkampungan, kabut asap di hutan akibat kemarau, serta asap pabrik atau asap knalpot kendaraan.
Selain itu, terdapat jelaga yang ikut terbang atau terbawa ke udara. Jelaga bercampur dengan partikel kecil bahan kimia, tanah, asap, debu, atau gas lainnya. Sumber asap dan jelaga juga bisa berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, bahan bakar fosil, atau gas alam.
Asap dan jelaga dapat mengiritasi mata atau tenggorokan, bahkan merusak paru-paru. Terutama, anak-anak, lansia, atau orang yang sering berada di luar ruangan.
Pada 2020, laporan Harvard T. H. Chan School of Public Health menunjukkan tingkat kematian COVID-19 sangat tinggi di area udara tercemar.
Sejumlah polutan udara lainnya yang menimbulkan risiko kesehatan parah adalah merkuri, timbal, dioksin, dan benzena. Zat-zat kimia tersebut dihasilkan dari pembakaran batu bara, gas alam, atau bahan bakar fosil seperti bensin.
Lebih lanjut, merkuri dan timbal dapat mempengaruhi organ vital manusia. Beberapa di antaranya sistem saraf pusat, otak, dan ginjal. Bahkan, terpapar sedikit merkuri dan timbal dapat mempengaruhi kecerdasan dan IQ anak.
Dalam sebuah penelitian, anak-anak dari ibu yang terpapar merkuri dan timbal selama kehamilan, memiliki gejala ADHD dan pemrosesan otak yang lambat.
Gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana yang terjebak di dalam atmosfer bumi akan menyebabkan perubahan iklim. Diantaranya kematian akibat suhu panas, penularan penyakit, naiknya permukaan laut, cuaca ekstrim, dan lainnya.
Pada 2018, karbon dioksida menyumbang 81% total emisi karbon atau gas rumah kaca. Sedangkan, metana menyumbang 10%. Karbon dioksida berasal dari asap knalpot kendaraan, sedangkan metana berasal dari asap pabrik, serta pengeboran gas dan minyak bumi.
Jenis polutan lainnya yang dapat menimbulkan pencemaran udara adalah serbuk sari dan jamur. Umumnya berasal dari gulma, rumput, atau serbuk sari tanaman yang ikut terbawa ke udara.
Meskipun tidak terkait langsung dengan tindakan manusia, namun hal ini dapat dicegah. Kalau rumah, sekolah, atau kantor tidak rutin dibersihkan dapat mudah ditumbuhi jamur. Jamur inilah yang menghasilkan pencemaran udara dan penyebab alergi. Jamur dapat memicu serangan asma, flu, atau racun lainnya yang berbahaya jika dihirup.
Di sisi lain, studi menunjukkan bahwa tanaman seperti Ragweed menghasilkan lebih banyak serbuk sari di area yang banyak karbon dioksida. Perubahan iklim semakin memperpanjang produksi serbuk sari. Tak heran, banyak orang yang mudah sakit pilek, demam, mata gatal, dan lainnya.
Dilaporkan oleh State of Global Air, sedikitnya ada 4,5 juta kematian akibat pencemaran udara per tahun. Bahkan, Jakarta sempat menduduki posisi ke-2 di dunia kualitas udara terburuk pada 16 Juni 2022 versi IQAir.
Laporan tersebut mengingatkan kita bahwa perubahan iklim dapat memperburuk pencemaran udara secara signifikan. Jika bukan kita yang bertindak untuk mengurangi pencemaran udara, lantas siapa lagi?